Sunday, 31 March 2013
Broken Hart Bab 21 - Tamat
Pulang ke rumah setelah menonton film sore lalu dilanjutkan makan malam bersama Brooke, Dominique dan Delilah pada Sabtu malam, aku mendesah lega bahwa aku hanya perlu untuk melewati malam ini tanpa Dante di rumah.
Aku merasa benar-benar aman, tapi aku begitu merindukannya. Kami telah menghabiskan waktu bersama tak terpisahkan selama berbulan-bulan, dan itu benar-benar perasaan yang sangat
Reflected In You Bab 5
"Sejauh perangkap kematian pergi," kata Cary, "yang satu ini cukup mewah."
Aku menggeleng saat aku mendahuluinya masuk ke kabin utama pesawat jet pribadi Gideon. "kau tidak akan mati. Terbang lebih aman daripada mengemudi."
"Dan kau tidak pernah berpikir industri penerbangan membayar untuk menyusun statistik tersebut?"
Aku terhenti untuk memukul bahunya sambil tertawa, aku melirik interior
Come Away With Me Bab 16
Rumah makan di dermaga Puget Sound. Mereka menawarkan pemandangan yang indah dan makanan yang enak. Pemilik rumah memberikan kami tempat duduk di dekat jendela yang dapat melihat keluar ke arah laut dan kami sedang sibuk membaca menu saat ini. Aku menatap Luke dan sedikit mendesah. Dia hanya sangat tampan. Dia menggigit ibu jarinya ketika membaca menu dengan teliti.
"Bisakah aku memegang
Saturday, 30 March 2013
Strangers Bab 28
Kate membuka pintu apartemennya dan bau busuk dari makanan basi menghantamnya seperti gelombang pasang berbahaya. Dia membuka semua jendela dan mengosongkan lemari es. Ketika Kate membawa sampah ke ruang tempat sampah, ia menemukan Dan di sana sedang memotong kardus.
"Hei, sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Kau baik-baik saja?" tanya Dan.
"Baik," Kate berbohong dan sekelebat sentakan
Belahan Jiwa 15: Luluh Lantak
Bimo membaca smsnya berkali-kali dengan rasa tidak percaya. Tangannya menggapai-gapai tepi ranjangnya. Pandangannya tak lepas dari handphone yang dipegangnya!
BIMO, AKU BARU SADAR BAHWA AKU BUKAN WANITA YANG TEPAT BUAT KAMU. KAMU BAHKAN TIDAK PERNAH TAHU LATAR BELAKANGKU. LEBIH BAIK KAMU MENCARI WANITA LAIN. TOLONG JANGAN CARI AKU. AKU PERLU WAKTU UNTUK SENDIRI. SELAMAT TINGGAL. LIANA.
Apa
Friday, 29 March 2013
Resensi Falling by Tonya Shepard
Kerupukkkkk!! Itulah satu kata dariku untuk menggambarkan Buku ini.
Maksudnya?
Well, Menilik dari philosopy kerupuk, makanan ''Biasa'' yang bisa di temui di manapun, rasanya renyah dan membuat acara makan menjadi lebih nikmat. Namun walau pun kerupuk merupakan makanan ''Biasa," tetapi membutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk membuatnya, dan ngga semua orang bisa bikin kerupuk wkwkwkwk...
Reflected In You Bab 4
Aku terbangun dengan teriakan yang teredam oleh telapak berkeringat yang ditempelkan di mulutku. Sebuah beban yang menghancurkan memotong suplai udaraku saat tangan lainnya mendorong sampai di bawah baju tidurku, meraba-raba dan membuatku memar. Panik mencengkeramku dan aku meronta-ronta, kakiku menendang dengan panik.
Jangan...tolonglah, tidak...Jangan. Tidak lagi.
Terengah-engah seperti
Broken Hart Bab 20
Senin sore sebulan setelah aku dan Dante resmi pindah bersama, Damien berhenti di ruang kantor kami di penghujung hari dengan apa yang Damien bilang berita besar.
Duduk di depan mejaku, Damien tersenyum aneh padaku. "Well Rina, aku mengambil saranmu. Aku dengan senang melaporkan bahwa aku sedang berkencan dengan wanita yang sama selama dua minggu terakhir. Menggebrak meja dengan tangan, aku
Come Away With Me Bab 15
Ada beberapa hari yang pekerjaan terasa mengalir begitu saja. Ini, sangat berterima kasih, salah satu dari hari itu.
Sangat sulit meninggalkan ranjang Luke pagi ini, tapi aku senang pergi ke tempat yoga untuk memperbaiki aliran darahku. Aku mempunyai sarapan yang santai bersama dengan Jules, dimana aku menceritakan padanya tentang peristiwa akhir pekan kemarin, dan aku tidak bisa benar-benar
Thursday, 28 March 2013
Strangers Bab 27
Charlie berhenti setengah jalan menuruni tangga ketika ia melihat koran the Sunday tergeletak di lantai aulanya. Dia tidak langganan koran, jadi ia tahu seseorang telah mendorong itu melalui kotak suratnya, mungkin orang-orang pers dan mungkin karena ada sesuatu tentang dirinya di dalamnya. Atau mungkin tentang Kate. Kakinya merasa terjepit di pasir basah. Usaha yang diperlukan untuk berjalan
Belahan Jiwa Bab 14: Riak
Aku dan Bimo berjalan bersisian, keluar dari pintu kedatangan bandara Soekarno Hatta. Ketika berangkat, aku hanya membawa dua koper, sekarang aku membawa tiga koper!
Koper ketiga berisi oleh-oleh untuk mama, adikku, tetangga terdekat, dan teman sekantor! Plus buat Rista yang aku akan kirim pakai jasa ekspedisi nanti.
Bimo membantuku membawa dua koper besarku berikut ransel dia sendiri.
Wednesday, 27 March 2013
Reflected In You Bab 3
Ketika Megumi dan aku melangkah masuk ke dalam ke lift, aku menekan tombol untuk lantai paling atas.
"Aku akan kembali dalam lima menit, kalau ada yang bertanya," Aku memberitahunya, saat ia melangkah turun di Waters Field & Leaman.
"Beri dia ciuman untukku, mau kan?" Katanya, dengan bercanda mengipasi dirinya. "Membuatku panas hanya dengan berpikir membayangkan hidup sebagai dirimu."
Come Away With Me Bab 14
"Samantha!"
"Apa-apaan ini!"
"Ya Tuhan!"
Semua anggota keluarga Williams serempak berteriak pada kakak perempuan Luke, tapi dia tetap bersikukuh, matanya seolah menyalahkanku.
Dengan mengagumkan, aku menghela nafas dan mendapatkan ketenangan seperti Budha yang sangat bukan diriku.
Aku mencengkeram paha Luke ketika dia memundurkan kursinya dengan marah.
"Samantha, ada apa denganmu?"
"
Broken Hart Bab 19
Tiga bulan berlalu, pada kenyataannya kami menghabiskan sebagian besar hari kerja berhadapan dengan masalah dari Thailand. Saat Sandra datang dari suatu tempat, dia mengetahui sesuatu yang buruk dari yang kami bayangkan, dan itu menjadi mimpi buruk.
Berita baiknya sekarang kami akhirnya membuat kemajuan,dan manajer proyek baru, mulai pada minggu lalu. Ini benar benar jadi lebih baik.
Dante
Tuesday, 26 March 2013
Strangers Bab 26
Hampir tengah malam ketika mereka kembali ke rumah Charlie.
"Dua kejutan lagi," kata Charlie saat mereka berjalan dari garasi.
"Apakah itu kejutan besar?" Kate menyeringai, lengannya penuh hadiah.
"Salah satu harus menunggu di luar, tapi kami sedikit lebih terlambat daripada yang kukira. Pergi dan lihatlah."
Kate pikir Charlie kelihatan terlalu senang dengan dirinya sendiri dan
Belahan Jiwa Bab 13: Mencari Arah
Hari ini aku bangun siang, kemarin dan semalam Bimo benar-benar ruarrr biasa! Menguras seluruh tenagaku hingga tak tersisa! Aku melirik ke samping, Bimo ternyata sudah terlebih dulu bangun. Aku berjinjit perlahan, membungkus tubuh telanjangku dengan selimut, mengintip dari pinggir pintu kamar yang terbuka.
Bimo sudah mandi, menyiapkan makanan di meja pantry, roti, selai, potongan daging,
Monday, 25 March 2013
Reflected In You Bab 2
Tepat sebelum aku keluar dari lift menuju ke serambi lobi depan Waters Field & Leaman, perusahaan periklanan tempat dimana aku bekerja di lantai kedua puluh, Gideon berbisik di telingaku, "Pikirkan tentangku ya sepanjang hari."
Aku meremas tangannya diam-diam di dalam lift yang penuh sesak. "Selalu."
Ia melanjutkan perjalanan naik ke lantai atas, yang merupakan kantor Cross Industries.
Come Away With Me Bab 13
Aku terbangun sendiri di sofa. Selimut ringan menutupiku, dan aku masih telanjang dari percintaanku dengan Luke. Kulitku terasa sensitif dan hangat di bawah selimut. Aku bisa meringkuk dan tidur di sini sepanjang malam.
Wow. Aku belum pernah merasakan seks yang lembut, manis dan penuh cinta sebelumnya, dan aku harus mengakui, ada banyak hal yang harus dikatakan untuk itu.
Aku duduk dan
Broken Hart Bab 18
Aku bangun dan masuk kamar mandi pada pukul tujuh, begitu bersemangat untuk memulai hari. Aku benar-benar sangat merindukan Dante beberapa hari terakhir ini. Aku tidak percaya aku pikir aku bisa menjauh darinya selama berminggu-minggu. Dalam retrospeksiku, itu adalah rencana yang benar-benar bodoh.
Aku menghabiskan waktu ekstra mengoleskan lotion di seluruh tubuhku pagi ini, memastikan bahwa
Sunday, 24 March 2013
Strangers Bab 25
Charlie meraih tangan Kate dan menuntunnya keluar dari apartemen. Jari-jari Kate melengkung longgar di pegangan tangga untuk menghentikan dirinya tersandung saat Charlie menariknya menuruni tangga dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dia tidak mengatakan apa pun sampai mereka duduk di dalam mobil.
"Aku ingin tahu, dan sekarang aku tahu," kata Charlie, suaranya datar.
"Itu adalah hal yang
Belahan Jiwa Bab 12: Persimpangan
Sejak 'insiden kecil' aku kesal karena Bimo tidak mengirim kabar kepadaku, setiap pagi emailnya selalu hadir menyapaku.
Laptop baru kunyalakan siang ini. Sisa-sisa rasa capek dan pegal sehabis berlibur bersama Som rasanya baru lunas setelah tidur panjangku dari semalam.
Saat ini aku merasa bugar kembali.
Aku buka aplikasi emailku. Dari Rista, dari Mega, dari Pak Imam, newletters, sebuah
Resensi Seducing Cinderella (Fighting for Love #1) by Gina L. Maxwell
Lucie Miller adalah seorang terapist fisik yang berparas biasa saja, dengan kehidupan yang membosankan dan kisah cinta yang menyedihkan.
Trauma di masa lalunya membuatnya menahan hasrat cintanya kepada seorang dokter pria nan tampan dan pintar yang juga merupakan rekan kerjanya.
Hingga sang atlet sexy Parker Hurley...ehh salah...Mr. Reid Andrews datang, menjungkir balikkan logika dan
Saturday, 23 March 2013
Come Away With Me Bab 12
Aku menyukai rambutnya. Panjangnya tepat untukku menjalankan jari-jariku melalui kelembutannya, lagi dan lagi. Luke mendesah puas, pipinya bersandar di dadaku dan aku membelainya dalam pelukanku.
Kami bertahan seperti itu cukup lama, dalam keheningan yang menyenangkan.
Ketika nafasnya mulai menjadi pelan, dan kupikir dia tertidur, dia mengangkat kepalanya, mencium dadaku dimana pipinya tadi
Broken Hart Bab 17
Saat aku bangun aku merasa sangat bersemangat untuk pulang ke rumah dan pada jam enam pagi sudah berada dijalan. Sepanjang perjalanan semua berjalan lancar sehingga aku sudah sampai dirumah pada jam sebelas.
Setelah memasukan koporku kedalam rumah, dengan cepat aku menelpon ke spa lokal dan membuat janji pertemuan untuk besok, aku ingin di pijat, mem-wax rambut halus di tubuhku, mulai dari
Reflected in You Bab 1
Aku mencintai New York dengan gairah gila yang aku miliki untuk satu hal lain dalam hidupku. Kota ini adalah kehidupan kecil dari dunia baru penuh peluang dan tradisi dunia lama. Konservatif bercampur baur dengan bohemian. Keanehan hidup sejaman dengan kelangkaan yang tak ternilai harganya. Energi kota yang selalu berdenyut memacu jalur darah bisnis international dan menarik orang-orang dari
Friday, 22 March 2013
Sinopsis Reflected In You
Judul: Reflected In You (Crossfire #2)
Pengarang: Sylvia Day
Sinopsis:
"Gideon Cross. Setampan dan sesempurna di luar, dia sama rusak dan tersiksanya di dalam. Ia adalah api terang membakar yang menghangusku dengan kenikmatan tergelapnya. Aku tak bisa menjauh. Aku juga enggan. Dia adalah canduku...setiap gairahku...milikku.
Masa laluku sama kerasnya seperti dirinya, dan aku juga sama
Strangers Bab 24
Kate membuka mata keesokan harinya menemukan Charlie sedang menatapnya. Kate tersenyum malas.
"Aku mencintaimu," kata Charlie. Kate menelan ludah, sepenuhnya terjaga.
"Aku sudah menunggumu untuk bangun sehingga aku bisa memberitahumu. Aku seharusnya mengatakan itu sebelumnya. Sebagaimana mestinya. Aku. Cinta. Padamu." Charlie menekankan setiap kata dengan ciuman.
Untuk sesaat, Kate tidak
Belahan Jiwa Bab 11: Love in Bangkok
Pagi berikutnya aku bangun seperti biasa. Mengemas beberapa baju kotor untuk di laundry.
Tidak ada tujuan lain sementara, aku harus kembali ke jalan kecil samping Seven Eleven. Masih banyak objek yang bisa kujadikan materi artikel di sana.
Kali ini pilihanku Bubur Nasi, nama lokalnya 'Jok'...bubur nya sendiri sama seperti bubur ayam di Indonesia, hanya lebih cair, dan yang spesial adalah
Thursday, 21 March 2013
Come Away With Me Bab 11
Luke tertawa dengan kata-kataku dan aku bisa sedikit bersantai. Aku sangat perlu untuk melihat apa yang aku katakan padanya tentang tubuhku. Aku belum pernah sepercaya diri ini dengan laki-laki lain, tapi itu mungkin karena aku tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka pikirkan tentang diriku.
Mereka bisa menerimaku atau meninggalkanku.
Aku ingin Luke menerimaku.
"Terima kasih untuk
Broken Hart Bab 16
Aku terbangun jam sepuluh lewat, cahaya masuk melalui tirai kamar Brooke. Dia tidak menyukai tirai hitam seperti aku. Sedikit disorientasi karena terbangun dengan cahaya yangbegitu banyak dan aku berbaring beberapa menit.
Aku sedang bersiap untuk bangun ketika aku mendengar pintu depan terbuka. "Sabrina? Kau sudah bangun?"
Sambil duduk aku berteriak di lorong, "Brooke, aku sudah bangun dan
Wednesday, 20 March 2013
Fifty Shades Freed - Epilog
The Big House, Mei 2014
Aku berbaring di atas selimut piknik bermotif tartan kami dan menatap ke langit biru jernih di musim panas, pandanganku terbingkai oleh bunga padang rumput dan rumput hijau yang tinggi. Panas matahari musim panas di sore hari menghangatkan kulit, tulang dan perutku, dan aku rileks, tubuhku seakan berubah menjadi Jelly. Ini nyaman. Tidak...ini luar biasa. Aku menikmati
Strangers Bab 23
Kate dan Lucy tidak meninggalkan gedung sampai taksi berhenti di luar. Kate menghela napas lega saat tak ada wartawan atau fotografer berkeliaran di situ.
"Kau menjadi berita kemarin," kata Lucy. Kate berharap itu benar.
"Jadi, kau baik-baik saja?" Tanya Lucy saat taksi mulai berjalan.
"Bagaimana punggungmu?"
"Baik."
"Apakah Charlie akan datang?" Kate mengangguk.
"Nick mencoba untuk
Belahan Jiwa Bab 10: Membuka Mata
Pagi jam 8 aku terbangun. Setelah mandi, aku turun ke lobi apartemen. Kemarin malam aku sempat melihat minimarket di sana. Aku butuh sesuatu untuk mengganjal perutku.
Seorang gadis menjaga tempat itu. Aku mengambil 5 botol besar air minum mineral dan 3 bungkus roti isi coklat.
Begitu tahu aku bukan penduduk lokal, dia menunjukkan jumlah uang Bath yang harus aku bayarkan memakai kalkulator.
Tuesday, 19 March 2013
Come Away With Me Bab 10
Sudah tengah malam ketika Jules dan aku sampai di rumah.
Film action-petualangan berkecepatan tinggi yang kami tonton – dengan Vin Diesel – adalah benar-benar apa yang aku butuhkan untuk menghindari kenyataan selama beberapa jam. Dan aku berakhir dengan menyerah pada Jules untuk pergi belanja setelah itu. Bagaimana bisa, aku, Natalie Conner, membeli sepatu baru? Mereka adalah sifat burukku.
"
Broken Hart Bab 15
Rasanya seperti aku baru saja menutup mataku ketika aku terbangun oleh gedoran di pintu. Suaranya keras, marah dan terus menerus. Menyipitkan mata pada jam aku melihat itu hampir jam setengah tiga pagi.
Tersandung ke lorong, aku melihat Damien sudah berjalan ke pintu depan. Ketika ia mengayunkan pintu terbuka, Dante berdiri di pintu. Aku berhenti berjalan dan menganga padanya. Apa yang dia
Monday, 18 March 2013
Fifty Shades Freed Bab 25b
Semua nafas tersedot dari tubuhku. Aku merasa kekurangan nafas, dan kurasa jantungku telah berhenti. Wanita jalang sialan itu.
"Sejenak waktu seperti menggantung. Dia melihat ekspresiku, dan dia menyadari bahwa ia sudah melewati batas. Aku bilang...tidak. Aku belum pernah memikirkan dirinya seperti itu selama bertahun-tahun, dan selain itu"—ia menelan ludah—" Aku mencintaimu. Aku mengatakan
Strangers Bab 22
"Kate, ini aku. Bukalah." Kate membuka pintu dan menemukan Lucy mencengkeram botol anggur putih yang terbuka.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Lucy. "Ya."
"Terima kasih Tuhan. Apa yang terjadi?" Lucy meluncur dengan cepat ke dalam apartemen.
Kate mendesah dan menutup pintu. "Bagaimana kau tahu?"
"Jika kau punya TV, kau akan tahu. Sudah ada di berita jam enam." Kate merasa seolah-olah sebuah
Belahan Jiwa Bab 9: Membuka Pintu
Satu tahun berlalu cepat, aku sudah begitu menyatu dengan tempatku bekerja. Aku menyukai lingkungannya yang bersahabat, teman yang baik, atasan yang perhatian dan tidak otoriter. Aku sudah mulai bisa melupakan kepahitan yang pernah terjadi.
Pagi ini aku datang ke kantor dengan perasaan riang. Kemarin Bimo memberitahuku, artikelku berperan serta meningkatkan oplah penjualan tabloid kami.
Aku
Sunday, 17 March 2013
Come Away With Me Bab 9
"Well, selamat pagi sayang!" aku menyapa Jules ketika aku melihatnya di dapur.
Dia baru saja kembali dari jogging, rambut pirangnya diikat ke belakang, berpakaian sepertiku dalam kaus putih dan celana yoga hitam. Dia meletakkan ampas kopi di lemari es kemudian tersenyum padaku.
"Selamat pagi juga. Dia sudah pergi?"
"Belum, dia akan turun sebentar lagi. Kami akan minum kopi."
"Kau
Broken Hart Bab 14
Kepala Damian miring ke belakang, ia menghela napas. Dia diam selama beberapa menit, kepalanya di belakang sofa, matanya ditutup. Dia tampaknya menimbang-nimbang kata-katanya, memutuskan apa yang harus dikatakan. Membuka matanya, ia mengangguk padaku.
"Orang tuamu meninggal sebelum kita bertemu, tapi ada foto-foto kalian semua di seluruh ruangan ini sebagai sebuah keluarga, tersenyum dan
Saturday, 16 March 2013
Strangers Bab 21
Pada Senin pagi, Kate berjalan ke Crispies melewati pintu yang dibukakan Dan untuknya. Kate melirik jam. Tepat waktu. Tapi senyum lebar Mel menyebabkan senyum Kate lenyap seperti es krim di atas trotoar panas. Ada sesuatu yang tidak beres.
"Bagaimana perasaanmu, Kate?" Tanya seseorang yang mirip Mel.
Dan meletakkan telapak tangannya di dahi kakaknya.
"Kau tidak demam." Ia menyelipkan
Fifty Shades Freed Bab 25a
Aku hampir tak bisa bernapas. Apakah aku ingin mendengar ini? Christian menutup matanya dan menelan ludah. Ketika ia membuka matanya lagi, tatapannya cerah tapi malu-malu, penuh kenangan yang mengganggu.
"Saat itu musim panas. Aku sedang bekerja keras." Dia mendengus dan menggelengkan kepalanya, tiba-tiba merasa lucu. "Memindahkan puing-puing itu adalah pekerjaan yang melelahkan. Aku
Belahan Jiwa Bab 8: Membuka Jendela
Benny mengendarai mobilnya dengan kecepatan sangat rendah. Sebentar-sebentar dia melihat ke arahku, menyentuh wajah piasku, menggenggam tanganku...
Tidak ada seorang pun dari kami berucap kata. Otakku kosong. Mataku hanya menatap ke arah depan, sayu.
Kau jaga slalu hatimu, saat jauh dariku
Tunggu aku kembali
Kumencintaimu slalu, menyayangimu sampai
Akhir menutup mata…
Ketika sampai di
Friday, 15 March 2013
Come Away With Me Bab 8
Siapa perempuan ini, dan apa yang telah dia lakukan padaku?
Aku tidak percaya bagaimana aku merasa tenang dengan Luke, apalagi telanjang. Aku belum pernah, walaupun hanya berjalan telanjang seperti itu bukanlah hal besar. Klienku melakukan ini sepanjang waktu, dan aku mengagumi kepercayaan diri mereka, tapi tidak denganku.
Sampai hari ini.
Sampai dengannya.
"Aku suka pantatmu, Nat."
Broken Hart Bab 13
Enam minggu berlalu tanpa usul lain darinya untuk menghabiskan waktu bersama selain dari makan malam keluarga di hari Minggu, dimana aku tersenyum setiap minggunya, meskipun itu menghancurkanku dari dalam.
Untungnya setelah melewati tahun lalu kami membangun kedekatan satu sama lain dan bisa melewati berbagai masalah, tapi aku harus membayar untuk permainan 'semuanya baik-baik saja'.
Aku
Thursday, 14 March 2013
Fifty Shades Freed bab 24b
Setelah mengenakan celana training dan T-shirt, aku duduk di antara kedua kaki Christian ketika ia mengeringkan rambutku.
"Jadi apa lagi yang diceritakan Clark kepadamu ketika aku tidak sadarkan diri?"
"Aku tidak ingat."
"Aku mendengar beberapa percakapanmu."
Sisirnya tiba-tiba diam tidak bergerak di rambutku.
"Apa kau benar-benar bisa mendengar?" Tanya dia, nadanya acuh tak acuh.
"Ya.
Strangers Bab 20
Charlie berbaring di tempat tidur di samping Kate, menonton tidurnya. Dia mempercayai Kate dan Kate percaya padanya dan itu adalah perasaan yang aneh, perasaan hangat seolah-olah ia membungkusnya dengan sesuatu yang aman dan nyaman. Charlie tidak bisa ingat kapan terakhir kali ia dipercaya seorang wanita. Kate lebih dari kekasihnya. Kate adalah temannya, mimpinya—hidupnya. Charlie telah
Belahan Jiwa Bab 7: Membuka Simpul
Pelampiasanku atas semua rasa kesepian, kesedihan, kekesalan, kulampiaskan dengan menulis. Setiap kali menulis artikel tentang tempat wisata, jiwaku terasa terbang ke tempat itu, memandang secara langsung keindahannya, keeksotisannya, semilir anginnya...sementara ragaku akan mengetik dengan lancar melalui jari-jariku di keyboard…
Sudah lima bulan berlalu sejak 'pemerkosaan' atas diriku. Aku
Wednesday, 13 March 2013
Kuis Belahan Jiwa???
Yuhuuu!!
For all sexy Ladies out there...come over here...
For all hot man silahkan ikut nimbrung.
And for all silent reader jangan takut, bisa juga kok ikutan.
Ikutan apa?
Uhmm... *tiup-tiup kuku karna kejepit pintu
Beuh Please dech jangan lebay!
Heheh Okhie Dokie Cheerioke...Aku punya pengumuman penting bagi kalian semua, Pakai ''Banget'' ya pentingnya.
PN kingdom bekerja sama
Come Away With Me Bab 7
Astaga, dia adalah laki-laki dengan satu misi.
Luke menyeretku melewati rumah, terengah-engah, matanya liar.
"Kamar tidurmu?" dia mengulangi pertanyaannya, dan aku menunjuk lantai atas, tidak sanggup berkata-kata.
Aku tidak mengingat namaku sendiri! Dan bahkan dia belum menyentuhku.
Wow.
Ketika dia menarikku naik ke lantai atas, aku mendapatkan pemandangan indah dari pantatnya yang
Broken Hart Bab 12
Mimpiku gelap dan menyedihkan. Aku berlari melalui ruangan Hart International, mencari-cari Dante, namun dari semua yang bisa aku lihat hanya bayangannya saja. Aku membuka pintu demi pintu, setiap kali masuk ke dalam kamar hotel yang berbeda dimana aku menemukan salah satu wanita Dante berbaring di ranjang menunggunya.
Setiap kali aku membuka pintu dan menemukan wanita di ranjang sedang
From The Darkest Side Bab 16 – EPILOG
Hari ini Sharin sudah boleh pulang dari rumah sakit sambil membawa bayinya, putra kecil yang sangat tampan dengan rambut tebal dan wajah tampan yang menurun dari ayahnya.
Sharin menoleh ke arah Lucas yang sedang mengamati bayinya dengan begitu tertarik, "Di mana Darren?" dia mengernyit karena Darren tiba-tiba saja menghilang pagi ini. Dua malam yang lalu Darrenlah yang menemani Sharin
Tuesday, 12 March 2013
Fifty Shades Freed bab 24a
"Meskipun aku sangat ingin untuk menciummu sepanjang hari, sarapanmu sudah mulai dingin," Christian menggumam dibibirku. Dia menatapku, dengan pandangan geli, kecuali matanya yang bertambah gelap, sensual. Sialan, dia berubah lagi. Mr Mercurial-ku (perilaku yang tiba-tiba berubah & tak bisa diduga).
"Makan," dia memberi perintah, suaranya lembut. Aku menelan ludah, sebuah reaksi saat melihat
Strangers Bab 19
Charlie adalah malaikat. Well, dia bukan, tapi pada saat itu, dia pikir dia adalah malaikat. Dia membersihkan semua piring dan gelas kotor dan ditumpuk di mesin cuci piring, sementara Kate mengembalikan dapur kembali pada keadaan semula. Kate bahkan mengambil tangan Charlie dan membuatnya ke luar dan meniup semua lilin kecil. Sementara itu seharusnya membuat semangat Charlie berkurang,
Belahan Jiwa Bab 6: Menapak Pondasi Rapuh
Aku klik tombol 'send'. Artikel ke 6 bulan ini yang kukirim ke tabloid Wisata. Aku tersenyum. Redaksi tabloid puas dengan artikel-artikel yang yang aku kirimkan. Mereka menawarkan kontrak kerja padaku, tapi aku tidak mau terikat, Aku lebih suka freelance, tidak terikat dengan tempat dan waktu.
Hari ini jadwal aku dan Benny ke rumah Mama. Benny janji akan pulang lebih awal. Siang ini dia akan
Unforgiven Hero Bab 16 - Tamat
Rafael melangkah menelusuri areal pemakaman ini, yang amat sangat dikenalnya. Tadi di tempat parkir, dia melihat mobil Victoria di sana. Jadi adiknya dan Elena memang benar-benar sedang ada di sini. Dia sering sekali kemari. Meletakkan bunga di atas makam Ayah Elena, kemudian menghabiskan waktu berjam-jam di sana untuk meminta maaf. Memohon ampun kepada ayah dan ibu Elena.
Langkahnya
Monday, 11 March 2013
Prediksi Togel 13, 14, 15 Maret 2013
Baiklah malam ini Anjing Online akan memberikan Keyword Prediksi Togel 13, 14, 15 Maret 2013. Prediksi Togel 2D Maret 2013. Prediksi Jitu Singapura Maret 2013. Prediksi Jitu Hongkong Maret 2013. Prediksi Jitu Malaysia Maret 2013. Prediksi Jitu Taipei Maret 2013
HTTP:15
PREMAN TOGEL: 15
PREDIKSI TOGEL HONGKONG MALAM INI: 14
JBR MALAM: 12
BOCORAN ANGKA JITU SINGAPURA 8: 10
SYAIR SGP JUMAT. 8.2.2013: 10
BOCORAN SINGAPUR JUMAT 08 02 2013: 8
WWW.JBRMALAM.COM: 7
ANGKA JITU 8 DEWA: 7
PENGELUARAN TOGEL HARI KAMIS: 7
CK TOGEL SG: 7
SIARAN TOGEL HK MIM.: 7
PREDIKSI 2D MBAH SABAR 8 FEBRUARI 2013: 6
PREDIKSI SHIO.TGL 8.2.2013: 6
NOMOR TOGL KELUAR HAR IN JUMAAT TANG GL 08 02 2013: 6
SHIO ADHI LUWUK 8 2 2013: 6
ANAK KOS TOGEL 08: 6
PENGELUARAN TOGEL SINGAPURA FEBUARI . 2. 2013.: 6
TOTOBET.SGP.08-02-2013: 6
NENE KRAMAT 8.2.2013: 6
PREDIKSI TOGEL MBAH JAMBRONG: 5
ANGKA BAHAGIA: 5
AI TOGEL SIDNEY 8: 5
COMPONENT: 5
HTTP: 5
SHIO TOP PUTARAN SINGAPURA TANGGAL: 4
SYAIR DEWA TOGEL DAN PREDIKSI SINGAPUR 8 FEBRUARI 2013: 4
ANGKA SETAN TOGEL: 4
PREDIKSI MBAHKARWO 8.2.2013: 4
SHIO JITU KAMIS 7-2-2013: 4
CARA MERUMUS TOGEL TANGGAL 07-02-2013: 4
NOMOR TOGEL HONGKONG MALAM INI: 4
LEARNING TECHNOLOGY: 4
BOCORAN SGP JUM AT 08: 4
PREDIKSI SHIO HARI INI 08: 4
SYAIR SIDNEY 7 PEBRUARI 2013: 4
RAJA TOGEL SHIO MAIN JUMAT 08: 4
SHIO JITU JUM: 4
SHIO TOGEL YANG NAIK SINGAPUR HARI INI TANGGAL 08-02-2013: 4
TOGEL HARI INI 8 FEBRUARI 2013: 4
SYAIR 8 FEBRUARI 2013: 4
SYAIR SGP JUMAT 8.2.2013: 4
Demikianlah Keyword Prediksi Togel 13, 14, 15 Maret 2013. Semoga kita semua bisa JP dan mengalahkan para Bandar Togel.
HTTP:15
PREMAN TOGEL: 15
PREDIKSI TOGEL HONGKONG MALAM INI: 14
JBR MALAM: 12
BOCORAN ANGKA JITU SINGAPURA 8: 10
SYAIR SGP JUMAT. 8.2.2013: 10
BOCORAN SINGAPUR JUMAT 08 02 2013: 8
WWW.JBRMALAM.COM: 7
ANGKA JITU 8 DEWA: 7
PENGELUARAN TOGEL HARI KAMIS: 7
CK TOGEL SG: 7
SIARAN TOGEL HK MIM.: 7
PREDIKSI 2D MBAH SABAR 8 FEBRUARI 2013: 6
PREDIKSI SHIO.TGL 8.2.2013: 6
NOMOR TOGL KELUAR HAR IN JUMAAT TANG GL 08 02 2013: 6
SHIO ADHI LUWUK 8 2 2013: 6
ANAK KOS TOGEL 08: 6
PENGELUARAN TOGEL SINGAPURA FEBUARI . 2. 2013.: 6
TOTOBET.SGP.08-02-2013: 6
NENE KRAMAT 8.2.2013: 6
PREDIKSI TOGEL MBAH JAMBRONG: 5
ANGKA BAHAGIA: 5
AI TOGEL SIDNEY 8: 5
COMPONENT: 5
HTTP: 5
SHIO TOP PUTARAN SINGAPURA TANGGAL: 4
SYAIR DEWA TOGEL DAN PREDIKSI SINGAPUR 8 FEBRUARI 2013: 4
ANGKA SETAN TOGEL: 4
PREDIKSI MBAHKARWO 8.2.2013: 4
SHIO JITU KAMIS 7-2-2013: 4
CARA MERUMUS TOGEL TANGGAL 07-02-2013: 4
NOMOR TOGEL HONGKONG MALAM INI: 4
LEARNING TECHNOLOGY: 4
BOCORAN SGP JUM AT 08: 4
PREDIKSI SHIO HARI INI 08: 4
SYAIR SIDNEY 7 PEBRUARI 2013: 4
RAJA TOGEL SHIO MAIN JUMAT 08: 4
SHIO JITU JUM: 4
SHIO TOGEL YANG NAIK SINGAPUR HARI INI TANGGAL 08-02-2013: 4
TOGEL HARI INI 8 FEBRUARI 2013: 4
SYAIR 8 FEBRUARI 2013: 4
SYAIR SGP JUMAT 8.2.2013: 4
Demikianlah Keyword Prediksi Togel 13, 14, 15 Maret 2013. Semoga kita semua bisa JP dan mengalahkan para Bandar Togel.
Prediksi Jitu Taipei 15 Maret 2013
Hari Ini Anjing Online akan memberikan bocoran Prediksi Togel 15 Maret 2013. Prediksi Togel 2D, 3D, 4D Maret 2013. Prediksi Jitu Singapura Maret 2013. Prediksi Jitu Hongkong Maret 2013. Prediksi Jitu Malaysia Maret 2013. Prediksi Jitu Taipei 15 Maret 2013.
Prediksi Togel Taipei Hari Ini 15 Maret 2013
- Kepala : 4 2 8 6
- Ekor : 9 3 7 5
- Angka Ikut : 5,7
- Colok Bebas : 25
Semoga kita bisa JP.
Prediksi Togel Malaysia 15 Maret 2013
Malam ini Admin Anjing Online akan memberikan Prediksi Togel Malaysia 15 Maret 2013. Anjing Online. Prediksi Jitu Togel Singapura 15 Maret 2013. Prediksi Togel Terbaru Maret 2013. Prediksi Togel Maret 2013. Angka Main 2D, 3D, 4D. Prediksi Togel SGP.
- KEPALA : 7 5 4 6
- EKOR : -
- COLOK BEBAS : [3] [7]
- ANGKA UNTUK 2D : 47 75 63 57
Prediksi Togel Hongkong 15 Maret 2013
Prediksi Togel Hongkong 15 Maret 2013 - Rumus Jitu Togel Hongkong - Prediksi Angka Keluaran Togel Hongkong - Prediksi Togel Untuk hari ini Jum'at 15 Maret 2012 Oke sahabat pencinta togel khususnya togel hongkong kali ini saya akan mengeluarkan rumus jitu terbaru saya baik itu 2D atau 3D dan bisa juga 4D dengan ini semoga bisa membantu sobat pencinta Togel. sebelum menyelami keberuntungan ini saya pastikan sobat sudah beruntung dengan bonus yang saya kasih yaitu foto cewek cantik di bawah ini dan ini adalah hanya sebagai hiburan saja buat sobat pencinta togel.
Prediksi Togel Hongkong 15 Maret 2013
- Kepaala : 3 7 5 3
- Ekor : 7 5 1 9
- Colok bebas : 3 6
Prediksi Togel Singapura 15 Maret 2013
Malam ini Admin akan memberikan Prediksi Togel Singapura 15 Maret 2013. Anjing Online. Prediksi Jitu Togel Singapura 15 Maret 2013. Prediksi Togel Terbaru Maret 2013. Prediksi Togel Maret 2013. Angka Main 2D, 3D, 4D. Prediksi Togel SGP.
Prediksi Togel Singapura 15 Maret 2013
- Kepala :0 5 6 5
- Ekor :1 3 5 7
- Colok bebas : 4 8
- Angka 2D : 53
Cerita Dewasa : Bercinta Dengan Perawan
Shanti baru saja selesai menyapu lantai. Dan sekarang ia berniat mencuci piring kotor. Ia berjalan masuk kedalam dapur dan mendapati Mbak Tuti sedang membenahi peralatan dapur. Pada jam seperti ini restoran tempat mereka bekerja sudah sepi. Hari ini giliran Shanti yang harus pulang lambat karena ia harus merapikan restoran untuk buka nanti malam. Begitulah keadaan restoran dikota kecil, pagi buka sampai jam 3 sore lalu tutup dan buka kembali jam 7 malam. Shanti tahu ia tak akan sempat pulang karena ia harus bekerja merapihkan tempat itu bersama Tuti.
Shanti adalah seorang gadis yang cantik dan ramah. Usianya sudah 17 tahun dan ia tak dapat lagi meneruskan sekolahnya karena orang tuanya tidak mampu. Wajahnya oval dan sangat bersih, kulit gadis itu kuning langsat. Mata Shanti bersinar lembut, bibirnya kemerahan tanpa lipstik. Shanti mempunyai rambut yang panjang sampai dadanya, berwarna hitam, tubuhnya seperti layaknya gadis kampung seusianya. Buah dada Shanti membusung walaupun tidak dapat dikatakan besar namun Shanti memiliki pantat yang indah dan serasi dengan bentuk tubuhnya. Pendek kata Shanti seorang gadis yang sedang tumbuh mekar dan selalu dikagumi setiap pemuda dikampungnya.
Tuti seorang wanita yang sudah berusia 32 tahun. Ia seorang janda ditinggal cerai suaminya. Sudah 3 tahun Tuti bercerai dengan suaminya karena laki-laki itu main gila dengan seorang pelacur dari Jawa Tengah. Tuti bertubuh montok dan bahenol. Semuanya serba bulat dan kencang, wajahnya cukup manis dengan rambut sebahu dan ikal. Bibir Tuti sangat menggoda setiap laki-laki, walaupun hidungnya agak pesek. Kulit Tuti berwarna coklat tua karena ia sering ke pasar dan ke sawah sebagai buruh tani kalau sedang musim tanam atau panen. Tuti dulunya adalah seorang pelacur daerah Tretes, Jawa Timur.
Dulu uang begitu gampang diperoleh dan laki-laki begitu gampang dipeluknya, sampai akhirnya hukum karma membuat ia menjanda karena sesama teman seprofesinya juga. Banyak orang dikampung yang diam-diam mengetahui sejarah kelam Tuti dan banyak juga yang mencoba hendak memanfaatkan dia. Tapi selama ini Tuti terlihat sangat cuek dan sinis terhadap orang-orang yang menggodanya. Buah dada Tuti besarnya bukan main, sering ia merasa risih dengan miliknya sendiri. Tapi ia tahu buah dadanya menjadi buah-bibir baginya. Dan sedikit banyak ia juga bangga dengan buah dadanya yang besar dan kenyal itu. Tuti juga memiliki pantat yang besar dan indah, nungging seperti meminta.. Tubuh Tuti sering menjadi mimpi basah para pemuda dikampungnya.
“Shan, kamu sudah punya pacar belum?” Tiba Tuti berjongkok didepan Shanti dan mulai membantu gadis itu mencuci piriong-piring kotor. Shanti terkikik dan menggeleng.
“Belum tuh”
“Lho? Gadis secantik kamu pasti banyak yang naksir” kata Tuti sambil memandang Shanti. Shanti tertawa lagi.
“Payah.?? semuanya mikir kesitu melulu” Jawab Shanti.
“Memang.?? laki-laki itu kalau melihat perempuan pikirannya langsung ingin ngewe” kata Tuti tanpa merasa risih berkata kasar.
“Ah Mbak, jangan suka ngomong gitu ah” timpal Shanti.
“Kan nggak ada yang dengar ini” Jawab Tuti. Mereka terdiam lama.
“Mbak.. ” suara Shanti menggantung. Tuti terus mencuci.
“Mmm?” Jawab wanita itu.
“Ngg..”
“Ngomong aja susah banget sih” Tuti mulai hilang sabar. Shanti menunduk.
“Ngg.. Anu.. Ngewe itu enak nggak sih?” Akhirnya keluar juga. Tuti memandang gadis itu.
“Yaa.. Enaak banget Shan, apalagi kalo yang ngewein kita pinter” jawab Tuti seenaknya.
“Maksud Mbak?” Shanti penasaran.
“Iya pinter.. Bisa macam-macam dan punya kontol yang keras!” kata Tuti sambil terkikik. Shanti merah padam mendengarnya. Tapi gadis itu makin penasaran.
“Bisa macam-macam apa sih, Mbak?” tanya Shanti.
“Belum tuh”
“Lho? Gadis secantik kamu pasti banyak yang naksir” kata Tuti sambil memandang Shanti. Shanti tertawa lagi.
“Payah.?? semuanya mikir kesitu melulu” Jawab Shanti.
“Memang.?? laki-laki itu kalau melihat perempuan pikirannya langsung ingin ngewe” kata Tuti tanpa merasa risih berkata kasar.
“Ah Mbak, jangan suka ngomong gitu ah” timpal Shanti.
“Kan nggak ada yang dengar ini” Jawab Tuti. Mereka terdiam lama.
“Mbak.. ” suara Shanti menggantung. Tuti terus mencuci.
“Mmm?” Jawab wanita itu.
“Ngg..”
“Ngomong aja susah banget sih” Tuti mulai hilang sabar. Shanti menunduk.
“Ngg.. Anu.. Ngewe itu enak nggak sih?” Akhirnya keluar juga. Tuti memandang gadis itu.
“Yaa.. Enaak banget Shan, apalagi kalo yang ngewein kita pinter” jawab Tuti seenaknya.
“Maksud Mbak?” Shanti penasaran.
“Iya pinter.. Bisa macam-macam dan punya kontol yang keras!” kata Tuti sambil terkikik. Shanti merah padam mendengarnya. Tapi gadis itu makin penasaran.
“Bisa macam-macam apa sih, Mbak?” tanya Shanti.
Tuti memandangnya sambil menimbang. Ah.. Toh nanti gadis kecil ini harus tahu juga. Dan Shanti sungguh cantik sekali, sekilas mata Tuti tertumbuk pada posisi Shanti yang sedang berjongkok. Tuti melihat gadis itu mengangkang dan terlihat celana dalam gadis itu berwarna coklat muda.
“Macam-macam seperti tempik kita diciumin, dijilat bahkan ada yang sampai mau ngemut tempik kita lohh..” jawab Tuti.
Entah kenapa Tuti merasa sangat terangsang dengan jawabannya dan darahnya mendidih melihat selangkangan Shanti yang bersih serta mulus.
“Idiih.. Jorok ihh.. Kok ada yang mau sih?” Shanti sekarang melotot tak percaya.
“Lho.. Banyak yang doyan ngemut memek Shan. Ngemut kontol juga enak banget kok” jawab Tuti masih terus melihat selangkangan Shanti.
“Astaga.. Masak anunya lelaki diemut?” Shanti merasa aneh dan jantungnya berdebar, ia merasa ada aliran aneh menjalar dalam dirinya. Gadis itu tidak mengerti bahwa ia terangsang.
“Oh enak banget Shan, rasanya hangat dan licin, apalagi kalo ehm.. Ehmm.. “
“Kalo apa Mbak?” Shanti makin penasaran. Tuti merasa melihat bagian memek Shanti yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, tapi Tuti tidak yakin.
“Yaa.. Malu ahh..!” Tuti sengaja membuat Shanti penasaran.
“Ayo doong Mbak” rengek Shanti.
“Lho.. Banyak yang doyan ngemut memek Shan. Ngemut kontol juga enak banget kok” jawab Tuti masih terus melihat selangkangan Shanti.
“Astaga.. Masak anunya lelaki diemut?” Shanti merasa aneh dan jantungnya berdebar, ia merasa ada aliran aneh menjalar dalam dirinya. Gadis itu tidak mengerti bahwa ia terangsang.
“Oh enak banget Shan, rasanya hangat dan licin, apalagi kalo ehm.. Ehmm.. “
“Kalo apa Mbak?” Shanti makin penasaran. Tuti merasa melihat bagian memek Shanti yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, tapi Tuti tidak yakin.
“Yaa.. Malu ahh..!” Tuti sengaja membuat Shanti penasaran.
“Ayo doong Mbak” rengek Shanti.
Tuti sekarang yakin bahwa memek gadis itu sudah basah sehingga terlihat bercak gelap di celana dalamnya. Tuti sendiri merasa sangat terangsang melihat pemandangan itu.
“Kalo pejuhnya menyembur dalam mulut kita, rasanya panas dan asin, lengket tapi enak banget!” bisik Tuti didekat telinga Shanti. Shanti membelalakkan matanya.
“Apa itu pejuh?” tanyanya. Tuti merasa tidak tahan.
“Pejuh itu seperti santan yang sering bikin memek kita basah lho” Jawab Tuti. Ia melihat bagian memek Shanti makin gelap, wah gadis ini banjir, pikir Tuti.
“Idiihh amit-amit, jorok banget sih”
“Lho kok jorok? Laki-laki juga doyan banget sama santan kita, apalagi kalo memek kita harum, tidak bau terasi”
“Idiihh Mbak saru ah!”
“Tapi aku yakin memek kita pasti wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”
“Udah ah, lama-lama jadi saru nih” kata Shanti. Tuti tertawa.
“Kamu udah banjir yaa?” goda Tuti. Shanti memerah, buru-buru ia merapatkan kedua kakinya.
“Ahh.. Mbaakk!!” Tuti tersenyum melihat Shanti melotot.
“Nggak usah malu, aku sendiri juga basah nih” Kata Tuti.
“Apa itu pejuh?” tanyanya. Tuti merasa tidak tahan.
“Pejuh itu seperti santan yang sering bikin memek kita basah lho” Jawab Tuti. Ia melihat bagian memek Shanti makin gelap, wah gadis ini banjir, pikir Tuti.
“Idiihh amit-amit, jorok banget sih”
“Lho kok jorok? Laki-laki juga doyan banget sama santan kita, apalagi kalo memek kita harum, tidak bau terasi”
“Idiihh Mbak saru ah!”
“Tapi aku yakin memek kita pasti wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”
“Udah ah, lama-lama jadi saru nih” kata Shanti. Tuti tertawa.
“Kamu udah banjir yaa?” goda Tuti. Shanti memerah, buru-buru ia merapatkan kedua kakinya.
“Ahh.. Mbaakk!!” Tuti tersenyum melihat Shanti melotot.
“Nggak usah malu, aku sendiri juga basah nih” Kata Tuti.
Ia lalu membuka kakinya sehingga Shanti bisa melihat celana dalam putih dengan bercak gelap di tengah, Shanti terbelak melihat bulu-bulu kemaluan Tuti yang mencuat keluar dari samping celana dalamnya, lebat sekali, pikirnya.
“Ihh.. Mbak jorok nih” desis Shanti. Tuti terkekeh.
“Mau merasakan bagaimana tempik kamu diemut?” bisik Tuti. Shanti berdebar.
“Ngaco ah!”
“Aku mau emutin punya kamu, Shan?” Tuti mendekat. Shanti buru-buru bangun dan mundur ketakutan. Tuti tertawa.
“Kamu akan bisa pingsan merasakannya” bisik Tuti lagi.
“Ogah ah.. Udah deh.. Jangan nakut-nakutin akhh” Shanti mundur mendekati pintu kamar mandi dan Tuti makin maju.
“Nggak apa-apa kok.. Cuman diemut aja kok takut?”
“Masak Mbak yang ngemut?”
“Iya.. Supaya kamu tahu rasanya”
“Malu ahh..”
“Nggak apa-apaa..” Tuti mendekat dan Shanti terpojok sampai akhirnya pantatnya menyentuh bibir bak mandi.
“Mau merasakan bagaimana tempik kamu diemut?” bisik Tuti. Shanti berdebar.
“Ngaco ah!”
“Aku mau emutin punya kamu, Shan?” Tuti mendekat. Shanti buru-buru bangun dan mundur ketakutan. Tuti tertawa.
“Kamu akan bisa pingsan merasakannya” bisik Tuti lagi.
“Ogah ah.. Udah deh.. Jangan nakut-nakutin akhh” Shanti mundur mendekati pintu kamar mandi dan Tuti makin maju.
“Nggak apa-apa kok.. Cuman diemut aja kok takut?”
“Masak Mbak yang ngemut?”
“Iya.. Supaya kamu tahu rasanya”
“Malu ahh..”
“Nggak apa-apaa..” Tuti mendekat dan Shanti terpojok sampai akhirnya pantatnya menyentuh bibir bak mandi.
Dan Tuti sudah meraba pahanya. Shanti merinding dan roknya terangkat ke atas, Shanti memejamkan matanya. Tuti sudah berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke memek Shanti yang tertutup celana dalam. Tuti mencium bau memek Shanti, dan Tuti puas sekali dengan harumnya memek Shanti. Dulu ia sering melakukan hal-hal seperti ini, malah pernah ia bermain-main bersama 4 pelacur sekaligus untuk memuaskan tamunya.
Tubuh Shanti gemetar dan seluruh bulu kuduknya meremang, gadis itu merasa suhu tubuhnya meningkat dan perasaannya aneh. Tuti mulai menciumi memek Shanti yang masih tertutup. Pelan-pelan tangannya menurunkan celana dalam Shanti dan Tuti terangsang melihat cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada celana dalam gadis itu ketika ditarik turun. Tuti menjulurkan lidahnya memotong cairan memanjang itu dan lidahnya merasakan asin yang enak sekali. Memek Shanti sungguh indah sekali, tidak terlihat bibir kemaluannya bahkan bulu-bulunya pun masih halus dan lembut.
Tuti mencium dan mulai melumat memek Shanti. Gadis itu mengerang dan menggeliat-liat ketika lidah Tuti menjalar membelai liang memeknya. Shanti benar-benar shock dengan kenikmatan aneh yang dirasakannya, ada perasaan geli dan jijik, tapi ada perasaan nikmat yang bukan alang kepalang. Gadis itu merasakan keanehan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri hebat tatkala lidah Tuti menyapu dinding memeknya, Shanti menggeliat-liat menahan perasaan nyeri nikmat bagian bawah perutnya.
“Aahh.. Mbak.. Uuuhh.. Ssshh.. Ja.. Jangan mb.. Mbbak! Ji.. Jijikhh.. Aahh”
Tuti tidak memperdulikan rintihan dan erangan Shanti. Lidahnya bergumul dan menembus liang memek Shanti dengan lembut, Tuti tahu Shanti masih perawan dan ia tak ingin merusak keperawanan Shanti, lidahnya hanya menjulur tidak terlalu dalam, namun Tuti sudah dapat merasakan cairan asin hangat yang mengalir membasahi lidahnya dan Tuti mengendus-endus bau khas memek Shanti dengan sangat menikmatinya. Tuti perlahan-lahan menyelipkan jari-jarinya kesela-sela bokong Shanti, dengan lembut dan dibelai-belainya liang anus Shanti, dan Shanti sedikit tersentak tapi kemudian menggelinjang geli, tapi Shanti membiarkan dirinya pasrah terhadap Tuti. Ia percaya sepenuhnya pada Tuti dan sekarang ia benar-benar merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan bahkan dalam mimpipun!
“Enak Shan?” desah Tuti dengan mulut berlumuran lendir Shanti. Shanti memandang ke bawah dan mengangguk, tubuhnya bergetar hebat, ia tak menyadari bahwa itu yang dinamakan klimaks kenikmatan seorang perempuan. Tuti merasakan liang memeknya berdenyut dan ia meraba serta menusuk-nusukkan jarinya sendiri keliang memeknya dan merasakan cairan licin membasahi jarinya. Ia merintih dengan wajah tersuruk di selangkangan Shanti, lidahnya kini menjulur dan membelai liang dubur Shanti dan membuat gadis itu terlonjak-lonjak kegelian serta terpana mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dibayangkannya. Shanti merasa liang duburnya ditekan-tekan oleh benda lunak dan sesekali terselip masuk kedalam dan ia akan terlonjak kaget bercampur geli, tapi lebih banyak merasakan kenikmatannya.
Entah bagaimana awalnya, tapi kenyataannya Shanti dan Tuti telah saling memeluk dalam keadaan telanjang bulat dilantai kamar mandi. Tuti mencium mulut Shanti, mulanya gadis itu menolak tapi permainan jari-jemari Tuti diitilnya membuat gadis itu mabuk kepayang dan kepalanya dipenuhi nafsu berahi yang memuncak dashyat. Tuti melumat mulut Shanti dengan penuh nafsu, Shanti membalasnya dengan malu-malu tapi mereka berdua memang saling melumat juga akhirnya. Terdengar bunyi mulut mereka ketika lidah mereka saling mengait dan saling menghisap. Shanti berkelojotan berkali-kali dan Tuti merasakan memeknya berdenyut-denyut nikmat, ia membayangkan Shanti menjilati dan mengemuti kemaluannya.
Perlahan-lahan Tuti mulai menjilati leher gadis itu dan terus menciumi ketiak Shanti, gadis itu menggelinjang kenikmatan dan makin mengerang keras ketika Tuti mulai menghisap puting tetek Shanti. Perlahan Tuti menggeser posisinya sehingga Shanti dapat membelai memeknya, tapi gadis itu hanya menggeliat saja. Tuti tidak sabar, diambilnya tangan Shanti dan ditaruhnya di memeknya, Shanti mulai membelai dengan canggung. Ketika jarinya tidak sengaja masuk keliang memek Tuti, segera saja wanita itu memajukan pinggulnya dan memompa jari Shanti. Shanti mulai mengerti dan ia mulai memainkan itil Tuti dan membuat wanita itu terlonjak-lonjak nikmat.
Lalu perlahan Tuti sudah mengangkangi Shanti dan ia menciumi memek Shanti kembali, lidahnya kembali menggumuli liang kemaluan gadis itu. Shanti kembali merasakan terjangan gelombang kenikmatan manakala memeknya digumuli Tuti, Shanti membiarkan wajahnya basah karena cairan memek Tuti berjatuhan, menetes dan membentuk lendir panjang, tapi Shanti tidak berani menjilat lendir yang jatuh dibibirnya. Ia memandang liang memek wanita itu dengan heran. Memek Tuti dengan bibir tebal kehitaman, bulu kemaluan yang lebat bukan main tapi tidak menutupi liang itu. Shanti melihat memek Tuti lain dengan miliknya. Dan memek itu makin turun sehingga nyaris menyentuh hidungnya. Shanti mencium bau memek Tuti dan dirasakannya sama baunya dengan memeknya.
Shanti menjerit tertahan ketika mencapai klimak, tanpa sadar ia menarik bokong Tuti sehingga wajahnya terbenam dalam memek wanita itu, Shanti gelap mata, ia menjulurkan lidahnya dan menggumuli liang penuh lendir bening itu. Shanti bahkan menghisap lendir itu seperti kelaparan. Shanti mengemut itil Tuti yang besar dan menonjol. Tubuh Tuti kaku seperti kayu dan bergetar hebat, pinggulnya kejang-kejang merasakan orgasme yang luar biasa ketika itilnya dihisap dan dijilat Shanti.
Tuti menjerit keras dan ia menekan memeknya sehingga ia dapat merasakan hidung Shanti terselip dibelahan liang memeknya dan ia menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur dan dirasakannya itilnya bergesekan dengan hidung Shanti dan gadis itu malah menambahkan kenikmatan Tuti dengan menjulurkan lidahnya sehingga setiap kali Tuti memajukan atau memundurkan pinggulnya selalu bergesekan dengan lidah serta hidung Shanti. Tuti berkelojotan hebat sekali, ia meliuk-liuk seperti menahan nyeri, matanya berputar sehingga menampakan putihnya saja dan mulutnya mengeluarkan desahan kenikmatan.
“Shantii!! Aaarrgghh!!” Tuti merasakan bagian bawah perutnya nyeri dan ngilu.
Orgasme yang ternikmat yang pernah dirasakannya sejak ia meninggalkan dunia hitamnya. Shanti merasa puas karena berhasil membuat Tuti menjerit-jerit minta ampun karena kenikmatan. Shanti merasa, ternyata ia suka sekali dengan rasa dan bau memek Tuti. Ia berpikir apakah memeknya juga seenak itu. Ia merasakan hangatnya liang memek Tuti dan ia merasakan kasarnya bulu-bulu kemaluan Tuti kala menggesek diwajahnya. Shanti tersenyum lemah karena lelah.
Tuti ambruk diatas tubuhnya dan Shanti membiarkan, dan gadis itu iseng membuka pantat Tuti dan memperhatikan liang anus Tuti. Shanti melihat liang dubur Tuti seperti bintang berwarna kehitaman dan sangat indah. Shanti penasaran, ia mencium serta mengendus liang itu.. Tidak berbau apa-apa. Tuti diam saja membiarkan Shanti berbuat sesukanya. Shanti menjulurkan lidahnya dan menyentuh liang dubur Tuti dengan perlahan, kemudian ia menempelkan hidungnya lagi dan merasakan kehangatan liang itu. Dan Shanti mulai menekan-nekan lidahnya ke liang itu dan membuat Tuti menggelinjang geli.
“Aduh Shan, enak.. Terus Shan.. Jilat.. Jilat terus.. Ya.. Ya.. Aaakkhh..”
Tuti merasakan lidah Shanti kaku menusuk liang duburnya. Tuti bangkit lalu berjongkok diatas wajah Shanti dan ia mulai menurun naikkan bokongnya sehingga lidah Shanti yang kaku dirasakannya menembus sedikit kedalam liang duburnya. Tuti menggeram pelan.. Shanti merasakan perasaan aneh ketika lidahnya melesak masuk kedalam liang dubur Tuti, ia menyukai permainannya itu dan merasa senang dengan apa yang diperbuatnya. Lidahnya tidak merasakan apa-apa, yang dirasakan cuma perasaan anehnya saja.
Tuti tidak ingin Shanti terus melakukan untuknya. Ia menggulingkan Shanti sehingga gadis itu terlentang, lalu kedua kakinya diangkat oleh Tuti sehingga liang dubur gadis itu mencuat keatas wajahnya. Dijilatnya liang dubur Shanti dengan rakus, lalu setelah licin oleh air liurnya dimasukkannya jarinya kedalam liang itu. Shanti menggigit bibir, ia merasa mulas tapi sekaligus nikmat.
Kemudian dilihatnya Tuti mengeluarmasukkan jarinya lalu setelah beberapa lama Tuti menjilati jari itu dengan nikmat, bahkan lidahnya terbenam jauh kedalam liang duburnya. Shanti mengeluh, belum pernah itu membayangkan apalagi merasakan perbuatan seperti itu, gadis itu mabuk kepayang dan sangat terangsang dengan perbuatan Tuti. Ia merasa seolah-olah Tuti adalah pembersihnya, Shanti memejamkan mata dan merasakan memeknya berdenyut mengeluarkan cairan.
Tuti benar-benar tergila-gila dengan perbuatannya itu, ia tidak pernah menjilat liang dubur pria dan ia tak pernah ingin, tapi liang dubur Shanti begitu merangsang, begitu lembut dan begitu nikmat. Tuti tidak mau membayangkan apa yang biasa keluar dari lubang itu, ia cuma ingin merasakan lidahnya terjepit diliang itu dan bagaimana rasanya. Ia tahu Shanti gadis yang sangat bersih, sama dengan dirinya. Tuti tidak kuatir dengan hal itu. Yang diinginkannya saat ini hanyalah membuat Shanti betul-betul puas dan dewasa. Tuti kemudian memompa liang memek Shanti dengan lidahnya dan membuat gadis itu meraung-raung serta kejang-kejang.
“Mbaakk.. Sudah mbaakk.. Ampuunn.. Ooohh!!”
Shanti sudah tidak kuat lagi menanggung kenikmatan yang datangnya bertubi-tubi melanda tubuh dan perasaannya. Ia menjambak rambut Tuti dan berusaha membuat wajah itu jauh dari memeknya. Dan akhirnya mereka berbaring lelah dilantai kamar mandi. Tuti memandang Shanti..
“Bagaimana? Sudah mau pingsan keenakan belum?” tanya Tuti. Shanti membuka matanya dan memandang wanita itu.
“Bisa gila aku Mbak.. Aahh benar-benar bisa gila!” Desah Shanti. Tuti tersenyum.
“Mau lagi?”
“Jangan! Bisa semaput benaran aku nanti.. “
“Ya sudah tak mandikan yuk!” Kata Tuti.
“Bisa gila aku Mbak.. Aahh benar-benar bisa gila!” Desah Shanti. Tuti tersenyum.
“Mau lagi?”
“Jangan! Bisa semaput benaran aku nanti.. “
“Ya sudah tak mandikan yuk!” Kata Tuti.
Mereka bangkit dan kemudian saling memandikan. Sejak itu Shanti mengetahui apa yang harus dilakukannya jika berahinya datang melanda. Kejadian pertama itu membuatnya tahu apa sebenarnya yang dapat membuatnya nikmat dan puas. Shanti belajar banyak dari Tuti. Dan ia memuja wanita itu.
Malam itu Shanti tidak dapat memejamkan matanya, ia teringat perbuatannya dengan Tuti. Terbayang olehnya perbuatan Tuti terhadap dirinya, Shanti merasa seluruh bulu ditubuhnya berdiri dan ia merasa agak demam. Ia mengeluh karena merasa ingin sekali mengulangi lagi dengan wanita itu. Shanti bangun dan berjalan kemeja kecil tempat ia biasa merias diri. Dikamar sebelah terdengar suara-suara aneh, itu kamar Supriati, teman sesama kostnya.
Shanti mencoba mendengar, antara kamar dengan kamar hanya dibatasi dinding papan tipis. Shanti kadang suka kesal dengan Supriati yang bekerja di pabrik karena wanita itu suka menendang-nendang dalam tidurnya dan itu membuat Shanti kaget setengah mati ditengah malam. Tapi suara sekarang lain, bukan suara yang keras, suara yang samar-samar dan sepertinya ada suara lain, Shanti menempelkan telinganya dan ia mendengar suara rintihan Supriati. Shanti berdebar, ini malam minggu.. Biasanya pacar wanita itu suka datang menginap. Sedang apa mereka?
Shanti berjingkat keluar kamar. Di luar sepi sekali, sekarang sudah jam 1 pagi, pasti Supriati sedang berasyik-asyik dengan pacarnya. Shanti tegang, ia berjalan k ebalik kamar Supriati yang bersebelahan dengan ruang televisi. Shanti tahu disana dindingnya tidak sampai atas dan dinding itu yang menyekat kamar Supriati. Pelan-pelan Shanti naik keatas bangku, lalu naik lagi keatas lemari pendek dan ia berjongkok disana. Ia ragu hendak berdiri, takut terlihat, tapi keingin tahuannya membuatnya nekad. Dan pelan-pelan kepalanya menyembul dan pandangannya menatap ke dalam kamar Supriati.
Penerangan kamar itu agak redup tapi Shanti bisa melihat dengan jelas Supriati sedang ditindih oleh pacarnya! Supriati mengerang sambil menggeliat-geliat menggoyang pinggulnya, kedua kakinya terlipat dan menekan pantat pacarnya. Pacarnya menggenjot Supriati dengan cepat. Shanti merasa meriang, matanya terbelalak dan tubuhnya gemetar. Laki-laki itu sedang meremas buah dada Supriati dan wajah mereka menempel satu sama lainnya. Mereka sedang berciuman dengan liar. Supriati menggumam dan melihat tangan Supriati meremas-remas pantat pacarnya dengan keras. Shanti terangsang sekali, belum pernah ia melihat pemandangan orang yang sedang bersetubuh dan sekarang ia merasa aneh, ia merasa perutnya ngilu dan dengkulnya gemetar tak keruan.
Pacar Supriati berteriak tertahan dan mengangkat bokongnya. Shanti melihat tangan Supriati masuk kebawah dan terlihatlah kontol yang besar sekali didalam genggaman Supriati dan kontol itu menyemburkan cairan putih ke perut Supriati. Supriati mengocok kontol pacarnya dengan cepat dan laki-laki itu nafasnya mendengus-dengus hebat dengan tubuh bergetar. Shanti merinding melihat benda yang besar dan panjang seperti itu, Shanti ngeri melihat kontol yang begitu besar, ia tahu bahwa itu besar sekali karena sebelumnya Shanti belum pernah membayangkan kontol dapat membesar dan sepanjang itu! Shanti merosot turun dengan lutut lemas, ia berjingkat kembali masuk kedalam kamarnya lalu merebahkan diri diranjang. Mengerikan sekali kontol lelaki, pikirnya. Mana mungkin benda sebesar itu muat dimemeknya? Shanti merinding membayangkan lubang memek Supriati yang pasti luar biasa besar. Dan Shanti akhirnya terlelap.
Seminggu lewat sudah dan Shanti bingung memikirkan Tuti. Wanita itu tidak masuk seminggu sejak pergumulan mereka. Nanti sore ia akan menanyakan pada pemilik warung mengapa Tuti tidak masuk. Selama seminggu ini Shanti tidak bergairan dalam pekerjaan, memeknya basah terus kalau mengingat Tuti atau mengingat pemandangan adegan Supriati dengan pacarnya. Shanti tidak bersemangat, apalagi sehari-hari teman-temannya selalu bergunjing mengenai laki-laki dan mereka tidak segan-segan membicarakan hal-hal yang paling pribadi dan selalu berakhir dengan cekikikan panjang. Shanti merasa terkucil karena teman-taman lainnya semua sudah menikah dan usia mereka jauh diatasnya, sehingga mereka selalu terdiam kalau Shanti mendekat, padahal ia ingin sekali turut mendengar gunjingan mereka. Shanti lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menyibukkan diri didapur membantu pemilik restoran.
Malam itu Shanti merasa tidak bersemangat bekerja, hatinya sedih memikirkan Tuti. Ia sudah menanyakan pada majikannya dan ternyata Tuti telah berhenti bekerja karena mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Shanti diam-diam menangis memikirkan Tuti yang tega meninggalkannya tanpa pesan sedikitpun. Akhirnya Shanti hanya pasrah dan menjelang tutup restoran ia pulang kekostnya yang berada tidak jauh dari tempatnya bekerja lalu masuk kedalam kamarnya dan menangis kembali memikirkan Tuti. Ia menangis sampai akhirnya terlelap dan bermimpi bertemu dengan Tuti dan wanita itu membelai rambutnya dengan sayang, Shanti menyusup dalam ketiak Tuti dan menangis sesunggukan, wanita itu mengucapkan kata-kata hiburan padanya dan gadis itu menangis makin keras..
*****
Tidak terbayangkan oleh Shanti ketika memandang wajah wanita itu didepan pintu restoran. Tubuh Shanti bergetar dan jantungnya berdebar keras sekali. Air mata mengambang dipelupuk matanya yang indah. Bibir Shanti terbuka dengan mata terbuka seolah melihat hantu. Wanita itu berjalan masuk dan tersenyum padanya.. Sudah setahun lewat sejak kepergiannya dan Shanti merasa waktu setahun berlalu seperti siput, tiada malam tanpa tangisan dan tiada hari ceria lagi selama setahun itu baginya dan kini wanita itu berdiri dihadapannya dan sungguh cantik bukan main!
Wanita itu mendekat dan Shanti tiba-tiba saja sudah menghambur dalam pelukannya. Semerbak wangi tercium oleh Shanti, wanita itu membelai rambutnya sambil memeluk erat tubuhnya. Shanti merasakan debar jantungnya menghantam dada wanita itu. Tangisan sedih terdengar dari dalam pelukan Tuti. Wanita itu merasakan aliran hangat jatuh dari matanya. Ia berusaha menahan air matanya tapi mengalir juga setetes dan jatuh dirambut Shanti.
“Mbak.. Oh..” Shanti tak kuasa berbicara. Ia menyusupkan wajahnya makin dalam dipelukan Tuti.
“Shan, sudah lama sekali yaa..” Bisik Tuti. Shanti mengangguk-angguk. Shanti merasakan lembutnya buah dada Tuti dan ia tidak ingin melepaskan pelukannya.
“Aku rindu sekali Mbak.. Ja.. Jangan pergi lagi..” Suara tercekat dari Shanti membuat Tuti sangat terharu. Dadanya terasa sesak dan ia ingin menjerit tapi kedewasaannya membuatnya bertahan.
“Aku juga rindu Shan, sudah, sudah..” Wanita itu mendorong Shanti pelan dan membawanya duduk disalah satu kursi.
“Shan, sudah lama sekali yaa..” Bisik Tuti. Shanti mengangguk-angguk. Shanti merasakan lembutnya buah dada Tuti dan ia tidak ingin melepaskan pelukannya.
“Aku rindu sekali Mbak.. Ja.. Jangan pergi lagi..” Suara tercekat dari Shanti membuat Tuti sangat terharu. Dadanya terasa sesak dan ia ingin menjerit tapi kedewasaannya membuatnya bertahan.
“Aku juga rindu Shan, sudah, sudah..” Wanita itu mendorong Shanti pelan dan membawanya duduk disalah satu kursi.
Restoran itu sedang sepi sekali dan Tuti memang sudah mengamatinya sejak satu jam yang lalu. Ia tidak ingin ada orang yang dikenalnya melihatnya datang dengan penampilan seperti itu, apalagi bermobil.
“Mbak cantik sekali..” Bisik Shanti, ia menatap Tuti kagum.
Tuti memang terlihat cantik dan menawan, make up wajahnya tipis sehingga kehalusan kulitnya terlihat nyata, matanya masih seperti dulu, bersinar nakal dan genit, bibirnya yang penuh juga makin terlihat merangsang. Shanti menelan ludah, ia melihat pakaian Tuti yang sangat indah, ia melihat potongan tubuh Tuti yang juga tidak berubah, montok dan kencang. Hidung peseknya tidak terlihat lagi dan penampilan keseluruhan wanita itu membuat Shanti rindu bukan main.
“Kamu kelihatan makin cantik dan matang Shan..” Bisik Tuti lalu dibelainya pipi Shanti yang kemerahan.
Kulit gadis itu masih betul-betul halus sekali, jari Tuti merayap menyentuh bibir Shanti, Shanti membiarkan jari Tuti menyentuh bibirnya, ia membuka mulutnya dan menjilat jari itu, jantungnya berdegup, Tuti membiarkan jarinya dihisap oleh Shanti.
“Aku rindu sekali Shan dan aku kesini untuk mengajak kamu ikut aku” Kata Tuti. Shanti terkejut.
“Kemana?” Tanya Shanti. Tuti tertawa.
“Ikut saja aku, pokoknya kamu akan hidup enak denganku” Kata Tuti.
“Kemana?” Tanya Shanti. Tuti tertawa.
“Ikut saja aku, pokoknya kamu akan hidup enak denganku” Kata Tuti.
Shanti memandang wanita itu, hatinya gundah, apa yang harus dilakukannya? Apakah memang ia akan hidup lebih enak? Tapi kalau sekali ini ia tidak ikut dengan Tuti maka kemungkinan wanita itu tidak akan menemuinya kembali, Shanti sungguh bingung.
“Jangan kuatir Shan, aku nggak bakalan menelantarkan kamu. Justru aku selalu ingat sama kamu, makanya aku nggak tahan lagi untuk mengajak kamu ikut denganku” Kata Tuti sambil membelai tangan Shanti.
“Lagipula kamu dan aku sudah seperti.. Seperti.. Kekasih..” Suara Tuti berbisik dan bibirnya bergetar.
“Lagipula kamu dan aku sudah seperti.. Seperti.. Kekasih..” Suara Tuti berbisik dan bibirnya bergetar.
Shanti ingin sekali memangut bibir wanita itu tapi ia agak jengah. Ia menunduk saja. Kemudian dirasakannya belaian tangan Tuti dibawah meja menjamah pahanya dan mengelus serta meremas lembut pahanya, Shanti merinding, ia ingin merintih tapi ia hanya menatap saja wanita itu. Tuti memandangnya sendu dan bibirnya terbuka.
“Baiklah Mbak.. Ka.. Kapan kita berangkat?” Bisik Shanti bergetar.
“Besok kamu temui aku dihotel M, malam ini aku tinggal disana” Jawab Tuti.
“Jangan membawa barang terlalu banyak, nanti aku belikan disana” Shanti mengangguk.
“Besok kamu temui aku dihotel M, malam ini aku tinggal disana” Jawab Tuti.
“Jangan membawa barang terlalu banyak, nanti aku belikan disana” Shanti mengangguk.
Gadis itu memandang Tuti, ia haus sekali akan belaian wanita itu, tapi Shanti tahu Tuti tidak dapat berlama-lama, lagipula sepertinya wanita itu bukan lagi Tuti yang dulu.
“Jaga diri kamu baik-baik, Shan.. Sampai besok” Bisik Tuti.
Shanti merasa pahanya diremas oleh Tuti dan wanita itu bangkit sambil tersenyum. Shanti memandang kepergian Tuti dan ia merasa ada sesuatu yang terbang meninggalkan jiwanya. Tuti menghilang dalam mobil dan pergi meninggalkan halaman restoran itu.
*****
Shanti memandang pemilik restoran, seorang pria berusia pertengahan. Restoran sudah sepi karena sudah agak malam dan teman-teman Shanti juga sudah pulang, beberapa yang tinggal dibelakang restoran telah masuk dan mungkin sudah tidur. Shanti sengaja memilih waktu setelah semuanya telah sepi, karena ia ingin pamit dan meminta upahnya selama bekerja disana pada sang pemilik restoran. Perjanjiannya memang begitu, semua karyawan wanita hanya dapat mengambil upahnya enam bulan sekali atau sewaktu ia ingin berhenti. Dan sekarang Shanti hendak berhenti karena besok ia sudah akan di Jakarta.
“Mengapa kamu tolol sekali hendak ikut dengan sundal itu?” Sergah Pak Mohan dengan wajah mengeras dan kelihatannya marah betul. Shanti membisu, tubuhnya tegang karena takut.
“Kamu tidak tahu dia itu jadi lonte disana? Hah?” Desis laki laki itu.
“Kamu tidak tahu dia itu jadi lonte disana? Hah?” Desis laki laki itu.
Ia memandang Shanti dan terus memandang gadis yang menunduk diam itu. Matanya tertumbuk pada seonggok daging yang membusung di dada Shanti yang ditutupi kaus tipis kumuh berwarna putih kekuningan. Pak Mohan terkesiap merasakan berahinya tiba-tiba memuncak melihat keremajaan gadis itu, laki-laki itu menahan napas dan menelan ludah, matanya tidak lepas dari dada Shanti dan mulutnya terkunci. Shanti tidak tahu majikannya memandangnya seperti seekor serigala yang sedang menatap domba yang tak berdaya.
“Baik, kamu boleh keluar dari sini dan sekarang kamu ikut aku untuk mengambil uangmu!” Suara serak Pak Mohan terdengar aneh di telinga Shanti, tapi gadis itu merasa lega karena tidak ada lagi nada kemarahan dalam suara itu.
Ia mengikuti laki-laki itu menuju kebelakang terus kebelakang berlawanan dengan mess tempat tinggal para karyawan restoran. Shanti tahu ia menuju kantor Pak Mohan, atau tepatnya tempat biasa Pak Mohan membereskan bon-bon dan beristirahat kalau sedang capek. Rumah majikannya itu jauh dari sini jadi ia suka berleha-leha diruang itu kalau sedang capek melayani tamu.
Pak Mohan menyalakan lampu kamar dan Shanti disuruh duduk di dipan yang biasa ditiduri oleh laki-laki itu. Shanti duduk dan Pak Mohan berjalan mendekatinya, tiba-tiba tangan laki-laki setengah baya itu terjulur dan meremas teteknya dengan keras, Shanti menjerit tertahan dan beringsut kesudut, ketakutan.
“Kamu mau uang kamu khan? Kamu akan ke Jakarta khan? Dan kamu toh akan jadi lonte juga nanti, sekarang kamu layani aku dululah, dan kamu akan menjadi lebih pengalaman nanti” bisik Pak Mohan dekat sekali dengan wajahnya. Shanti mencium bau rokok menyembur dari mulut laki-laki itu, sehingga membuatnya ia ingin muntah.
“Saya akan menjerit pak.. Jangan pak.. Malu!” bisik Shanti. Pak Mohan menerkam Shanti dengan tiba-tiba dan Shanti terhimpit oleh tubuh laki-laki itu, Shanti membuka mulutnya hendak menjerit, tapi tangan Pak Mohan dengan sigap menutup mulutnya. Shanti terbelalak, ia benar-benar kalah tenaga dengan laki-laki itu, yang ternyata kuat sekali.
“Sekali kamu bersuara, maka kamu tidak akan bisa menemui sanak saudaramu lagi, kamu bisa tunggu mereka semua di neraka!” Desis Pak Mohan, wajahnya sungguh kejam sekali, membuat gadis itu merasa takut setengah mati.
Perasaannya mengatakan percuma melawan laki-laki itu, ia akan sangat menyesal nanti. Lagi pula siapa yang tidak takut dengan Pak Mohan? Hanya sang isteri yang baik pada karyawan, sedangkan laki-laki ini sudah terkenal suka judi dan membuat onar. Shanti menangis tanpa suara, ia takut sekali, dan sekarang ia merasakan tubuhnya digerayangi oleh tangan lelaki itu.
“Ikuti apa yang aku suruh, maka kamu akan mendapatkan uangmu dan yang penting kamu akan selamat dan bisa jadi lonte di Jakarta, mengerti?” Ancam Pak Mohan, Shanti menggigit bibir menahan sakit ketika teteknya kembali diremas oleh laki-laki itu, ia cepat-cepat menganggukkan kepalanya dalam bisu.
Pak Mohan menarik kaki Shanti sehingga gadis itu terlentang di dipan kayu yang beralaskan tikar. Kemudian Shanti melihat Pak Mohan dengan gugup melepaskan pakaiannya. Shanti memejamkan matanya ketika melihat kontol Pak Mohan bergoyang-goyang seperti ketimun. Ketika ia membuka matanya kembali, Shanti melihat Pak Mohan sudah duduk disampingnya dan tangannya mulai menarik kaus Shanti, gadis itu tidak bergerak.
Tiba-tiba pipinya ditampar oleh Pak Mohan, Shanti menjerit pelan merasakan pipinya panas, tamparan yang tidak begitu keras tapi sangat menyakitkan hatinya. Shanti mengangkat tubuhnya membiarkan kausnya lolos begitu saja dan kemudian membiarkan juga roknya diloloskan dengan mudah oleh Pak Mohan. Shanti bisa merasakan napas panas membara dari hidung laki-laki itu, Pak Mohan berusaha menciumnya tapi Shanti memalingkan wajah, tapi laki-laki itu memaksa dan Shanti terpaksa membiarkan bibirnya dikulum mulut laki-laki itu, Shanti merasa mual..
“Pegang ini, awas jangan macam-macam kamu!” bentak Pak Mohan. Tangan Shanti dituntun untuk menggenggam kontol Pak Mohan. Shanti merasa jijik, kontol yang tidak begitu besar dan dalam keadaan layu, keriput dan hitam.
“Kocok!” perintah Pak Mohan. Shanti belum pernah melakukannya. Ia meremas-remas pelan, kenyal dan licin seperti berlendir, Shanti merasa jijik.
“Kocok seperti ini goblok!” desis laki-laki itu sambil mengocok kontolnya sendiri. Shanti berusaha menurutinya dan Shanti sedikit terkejut mendapati kontol itu bangun perlahan. Pak Mohan tidak sabar, ia harus cepat-cepat karena sang isteri menantinya dirumah. Ia menyodorkan kontolnya kemulut Shanti, gadis itu menghindar.
“Sialan kamu! Cepat hisap dan jilat! Atau kubunuh kau!” bentak Pak Mohan seperti kalap. Shanti menggenggam kontol laki-laki itu dengan tangan gemetar, dipandangnya benda yang lembek dan setengah tegang, ia memejamkan matanya dan sebelum sempat berbuat sesuatu, dirasakannya benda itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur.
“Kocok!” perintah Pak Mohan. Shanti belum pernah melakukannya. Ia meremas-remas pelan, kenyal dan licin seperti berlendir, Shanti merasa jijik.
“Kocok seperti ini goblok!” desis laki-laki itu sambil mengocok kontolnya sendiri. Shanti berusaha menurutinya dan Shanti sedikit terkejut mendapati kontol itu bangun perlahan. Pak Mohan tidak sabar, ia harus cepat-cepat karena sang isteri menantinya dirumah. Ia menyodorkan kontolnya kemulut Shanti, gadis itu menghindar.
“Sialan kamu! Cepat hisap dan jilat! Atau kubunuh kau!” bentak Pak Mohan seperti kalap. Shanti menggenggam kontol laki-laki itu dengan tangan gemetar, dipandangnya benda yang lembek dan setengah tegang, ia memejamkan matanya dan sebelum sempat berbuat sesuatu, dirasakannya benda itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur.
Shanti ingin muntah tapi ia ketakutan. Laki-laki itu memompa mulut Shanti dengan tergesa-gesa, dari mulutnya keluar lengkuhan-lengkuhan aneh dan tiba-tiba Shanti mendengar Pak Mohan mengerang tertahan lalu mulutnya tiba-tiba terasa asin dan penuh dengan cairan lengket dan berbau aneh. Shanti menahannya supaya tidak tertelan, ia mual sekali, ia berpikir itu pasti yang dikatakan Tuti sebagai pejuh. Jijik sekali, pikirnya. Shanti memejamkan matanya erat-erat dan membiarkan kontol Pak Mohan terus bergerak maju mundur dan makin pelan. Lalu benda itu ditarik keluar dari mulutnya. Dan Shanti segera memuntahkan cairan kental itu, ia memandang Pak Mohan yang kelelahan dengan perasaan benci bukan main.
“Hhh.. Bagus.. Memang punya bakat lonte kau! Ini uangmu dan ini bayaran pertama buat seorang lonte!” Desis Pak Mohan lalu melemparkan lembaran-lembaran uang kewajah Shanti.
Shanti terkulai tak berdaya dan Pak Mohan bergegas hendak keluar tapi sebelumnya sekali lagi laki-laki itu meremas teteknya dan Shanti terbelalak kesakitan. Sekejab kemudian bayangan laki-laki tua itu sudah lenyap dari pandangannya. Shanti menangis pelan, ia tidak berani lebih keras, ia malu dan takut terdengar oleh teman-teman yang tinggal di seberang tempat ini. Lalu pelan-pelan gadis itu bangun, ia meraba teteknya dan meringis nyeri, lalu ia memungut uang-uang yang jatuh berserakan.
Dihitungnya dan ia merasa senang juga menerima lebih dari yang diperkirakannya, ia menerima kelebihan dua puluh ribu rupuah! Jumlah yang lumayan untuknya. Shanti dengan jijik mengusap cairan mani yang menempel di dadanya dengan BHnya. Ia melepaskan benda itu dan memutuskan tidak akan memakainya. Ia memakai rok dan kausnya lalu berjingkat-jingkat keluar dari kamar itu. Diluar gelap dan kelam, sunyi, entah sudah jam berapa sekarang.
Shanti berjingkat masuk kedalam kamar mandi, rumah kostnya sudah sepi dan ia tidak ingin membangunkan semua penghuninya. Ia mulai membersihkan badannya dan ia menggosok teteknya kuat-kuat, ia tak peduli nyeri yang ditimbulkan, ia hendak melenyapkan jejak remasan Pak Mohan. Shanti menangis tanpa suara, ia tidak menyangka malam terakhir merupakan malam jahanam baginya. Ia berkumur dan menusuk-nusuk kerongkongannya sampai muntah, ia tak peduli mulutnya terasa pahit dan ia terus hendak mengeluarkan semuanya, ia tak yakin apakah tadi cairan Pak Mohan tertelan atau tidak dan ia tidak ingin cairan itu berada diperutnya.
Shanti menggosok giginya berkali-kali dan akhirnya dengan pelan ia masuk kedalam kamarnya. Ia telah mencuci bersih BHnya dan pakaiannya juga, ia akan meninggalkan pakaian itu disini saja. Lalu Shanti berbaring berusaha untuk tidur.. Diam-diam ia bersyukur dirinya masih perawan, entah mengapa laki-laki keparat itu tidak menyetubuhinya, Shanti menghela napas dalam lelap.
*****
“Ini kamar kamu Shan, suka?” bisik Tuti sambil memandang gadis itu.
Shanti ter-nganga tidak dapat berkata apa-apa. Keletihan berjam-jam dalam perjalanannya dengan Tuti seakan lenyap begitu saja. Kamar yang untuknya sangat luas, ia membadingkan mungkin 3 kali dari kamar kostnya di kampung. Luar biasa, ranjangnya besar dengan sprei putih bersih, ada radio kaset disamping ranjang lalu ada meja rias dan Shanti heran melihat ada kamar mandi dalam kamar tidur, ia belum pernah tahu mengapa ada orang yang membuat kamar mandi dalam kamar tidur. Sangat membuang uang sekali, pikirnya. Tapi gadis itu sudah dapat membayangkan betapa nikmatnya dengan fasilitas seperti itu, kapan saja ia ingin mandi, ia tidak usah lagi mengantri sambil menimba air, oh menyenangkan sekali, batinnya.
“Ada air panasnya lho Shan..” kata Tuti.
Shanti memandang wanita itu dengan penuh sayang. Ia memeluk Tuti dan berterima kasih padanya dengan air mata mengalir.
“Kamu berhak mendapatkannya sayang..” bisik wanita itu.
“Indah sekali Mbak! Bagaimana aku harus membalas semua ini?” kata Shanti dengan suara serak.
“Indah sekali Mbak! Bagaimana aku harus membalas semua ini?” kata Shanti dengan suara serak.
Tuti tersenyum, lalu ia memanggil supir yang membawa mereka tadi untuk memasukkan barang-barang Shanti. Shanti sangat kagum dengan rumah Tuti. Besar, bersih, mewah dan berkesan anggun sekali. Tembok-temboknya dicat dengan warna kuning beras, indah bukan main. Ruang tamu yang besar dengan lantai marmer dan perabotan yang menurut gadis itu tentu sangat mahal harganya, lalu ruang makan dengan meja makan yang besar lengkap dengan kursi-kursi berderet, tirai-tirai yang mewah seperti membuang-buang kain saja. Kemudian Shanti melihat ruang keluarga yang luar biasa besarnya, dengan TV yang juga seperti layar bioskop, seprangkat sofa yang besar pula menghias ruangan itu. Ada kolam renang dipekarangan belakang, kolam yang besar bukan main, Shanti tidak dapat membayangkan berenang di kolam itu, ia belum pernah berenang dikolam renang, ia hanya pernah berenang disungai.
“Kamu istirahat saja dulu Shan. Nanti sore baru kita ngobrol-ngobrol lagi” kata Tuti.
Lalu ia berjalan keluar kamar meninggalkan Shanti. Gadis itu duduk di atas ranjang, wah empuk sekali! Ia tersenyum sendiri membayangkan nasibnya, sungguh beruntung sekali ia disayangi seperti itu oleh Tuti. Ia merebahkan dirinya lalu dalam sekejab ia sudah terlelap..
Shanti terbangun oleh belaian Tuti. Jari-jemari Tuti membelai pipinya, Shanti memegang tangan Tuti kemudian menciumnya dengan lembut.
“Terima kasih Mbak” bisiknya. Tuti tersenyum.
“Ah tidak apa-apa sayang, aku memang selalu teringat akan kamu dan akhirnya aku nggak tahan lagi. Aku berkata pada suamiku bahwa aku tidak dapat merasakan keriangan tanpa kamu Shan” kata Tuti. Shanti mengecup lagi tangan yang membelainya.
“Kok Mbak kawin nggak bilang-bilang sih?” tanya Shanti. Tuti tertawa.
“Ah tidak apa-apa sayang, aku memang selalu teringat akan kamu dan akhirnya aku nggak tahan lagi. Aku berkata pada suamiku bahwa aku tidak dapat merasakan keriangan tanpa kamu Shan” kata Tuti. Shanti mengecup lagi tangan yang membelainya.
“Kok Mbak kawin nggak bilang-bilang sih?” tanya Shanti. Tuti tertawa.
Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir gadis itu dengan lembut. Tuti rindu sekali dengan hembusan napas Shanti dan ia sudah tidak tahan ingin merasakan lidah serta mulut gadis itu. Sudah lama ia rindu pada Shanti, selama ini ia selalu melayani ’suami’nya dengan baik. Dan sang ’suami’ juga kelihatan sangat sayang padanya, maka itu ia memberanikan diri untuk meminta ijin mengajak gadis itu tinggal dengannya. Tuti menceritakan semuanya kepada ’suaminya’ dan tak disangka ’suaminya’ sangat menyetujui..
“Jadi kamu suka bermain dengan cewek juga?” tanya ’suaminya’, yang sebetulnya adalah laki-laki yang bernama Rahman dan selama ini memelihara hidup Tuti dan diam-diam mereka melangsungkan pernikahan tanpa sepengetahuan isteri pertama laki-laki itu. Tuti mengangguk, ia pasrah jika Rahman meledak marah dan mendampratnya. Tapi yang ia lihat hanya pandangan terpesona saja.
“Ya Mas, aku selalu teringat kepadanya, aku sangat mencintainya Mas” Jawab Tuti.
“Jadi selama ini kamu tidak cinta padaku?” Tanya Rahman menyelidik.
“Aku mencintaimu melebihi segalanya, semuanya kuberikan dan semuanya kulakukan. Tapi selama Mas tidak denganku, aku sering merasa sepi dan..”
“Dan apa?”
“Dan membayangkan gadis itu” Tuti menjawab terus terang.
“Boleh saja kamu ajak gadis itu, aku akan sangat senang sekali kalau..” Rahman tidak meneruskan kata-katanya. Tuti tersenyum. Ia tahu apa yang dipikirkan Rahman.
“Aku akan mencobanya sayy.. Aku juga ingin sekali kalau kamu bisa menikmati keperawanan gadis itu” bisik Tuti.
“Jadi selama ini kamu tidak cinta padaku?” Tanya Rahman menyelidik.
“Aku mencintaimu melebihi segalanya, semuanya kuberikan dan semuanya kulakukan. Tapi selama Mas tidak denganku, aku sering merasa sepi dan..”
“Dan apa?”
“Dan membayangkan gadis itu” Tuti menjawab terus terang.
“Boleh saja kamu ajak gadis itu, aku akan sangat senang sekali kalau..” Rahman tidak meneruskan kata-katanya. Tuti tersenyum. Ia tahu apa yang dipikirkan Rahman.
“Aku akan mencobanya sayy.. Aku juga ingin sekali kalau kamu bisa menikmati keperawanan gadis itu” bisik Tuti.
Rahman lega dan merasa tegang sendiri membayangkan ia digumuli oleh dua wanita, wah tentu lebih luar biasa, selama ini saja ia sudah sangat puas dengan pelayanan Tuti yang sampai kemanapun belum pernah dirasakannya. Tutinya yang begitu hebat diatas ranjang, didalam kamar mandi, dimanapun dan kapanpun ia membutuhkannya, wanita itu selalu akan membuatnya terkulai dalam lautan kenikmatan.
“Mbak.. Kok melamun?” bisikan Shanti menyadarkan lamunan Tuti.
Wajahnya dekat sekali dengan Shanti dan gadis itu rupanya menanti dari tadi. Tuti tertawa geli lalu tiba-tiba ia memangut bibir Shanti dan melumatnya. Shanti terengah-engah membalas lumatan gadis itu. Ia merasa tangan Tuti mengelus-elus buah dadanya dan ia pun membalas, ia meremas-remas tetek Tuti dengan gemas dan membuat wanita itu merintih-rintih, tak dibutuhkan waktu lama untuk membuat mereka berdua berbugil ria dalam pergumulan panas.
Shanti tidak tahu bahwa dilangit-langit kamar ada sebuah bintik hitam sebesar uang logam. Dan semua kejadian di kamar itu dapat disaksikan dari lantai dua rumah itu. Diruang kerja Rahman! Dan sekarang Rahman sedang menahan napas memandang kearah layar besar didalam ruang kerjanya. Tubuhnya tegang dan dirasakan daging dicelananya membengkak. Ia bisa melihat Tuti melucuti pakaian Shanti dan ia bisa melihat bagaimana wanita itu menggerayangi tubuh Shanti dengan penuh nafsu.
Rahman tersengal-sengal menahan nafsu, ia melihat Shanti memangut tetek Tuti dan menyedotnya seperti bayi, dan Tuti dengan kalap menyuruk keselangkangan Shanti dan mulai menggumuli memek gadis itu dengan mulutnya. Rahman tak kuasa menahannya, ia juga ingin merasakan bau memek gadis itu dan bagaimana lendir gadis itu lumer dalam mulutnya, lendir perawan! Ia mengendap-endap turun dan menghampiri kamar Shanti, ruangan sepi sekali dan dibukanya pintu itu, dilihatnya wajah Shanti sedang ditindih oleh bagian bawah tubuh Tuti dan Tuti asyik menjilat-jilat memek Shanti, Rahman dapat melihat dengan jelas bagian dalam memek gadis itu yang kemerahan dan berkilat karena lendir.
Ia merangkak masuk dan dengan sebelah tangannya ia mengambil celana dalam Shanti yang tergeletak diujung ranjang. Rahman membawa benda itu kewajahnya dan menciumnya, oohh.. Nikmat sekali baunya, bau pesing bercampur dengan bau khas memek seperti punya Tuti, Rahman menjilat bercak kuning dicelana dalam itu dan merasakan rasa asin, ia menjilat terus sampai bercak itu menjadi licin dan berubah menjadi lendir. Tapi ia takut ketahuan, ia segera melemparkan benda itu dan merangkak mundur keluar dari ruangan. Semuanya dilakukan tanpa mereka mengetahuinya, Rahman berdebar-debar membayangkan kapan Tuti dan Shanti akan siap melayaninya bersama-sama.
“Aduh Mbaakk, aku keluar lagi Mbak.. Aduh duh..” Shanti berkelojotan, memeknya terangkat dan menekan-nekan wajah Tuti, Tuti tidak mau kalah dan mengulek memeknya dengan goyangan yang membuatnya merasa hendak kencing.
“Shaan.. Mati aku Shan.. Ooohh.. Terus Shan, terus!” desah Tuti dan Shanti mempercepat tusukan lidahnya dalam memek Tuti, ia menghujamkan mulutnya dan lidahnya menjulur dalam sekali, berkelana disekitar dinding memek wanita itu dan Shanti merasakan cairan masuk ke dalam mulutnya dengan mudah, Shanti tidak peduli bahwa itu adalah air kencing yang keluar sedikit dari memek Tuti karena gadis itu membuatnya seperti gila dan entah mengapa ia merasa ingin kencing terus setiap Shanti menjalarkan lidahnya didalam memeknya.
“Shaan.. Mati aku Shan.. Ooohh.. Terus Shan, terus!” desah Tuti dan Shanti mempercepat tusukan lidahnya dalam memek Tuti, ia menghujamkan mulutnya dan lidahnya menjulur dalam sekali, berkelana disekitar dinding memek wanita itu dan Shanti merasakan cairan masuk ke dalam mulutnya dengan mudah, Shanti tidak peduli bahwa itu adalah air kencing yang keluar sedikit dari memek Tuti karena gadis itu membuatnya seperti gila dan entah mengapa ia merasa ingin kencing terus setiap Shanti menjalarkan lidahnya didalam memeknya.
Tuti merasa pinggangnya nyeri karena menahan nikmat yang membuatnya tanpa sadar meliuk-liuk seperti ular, apalagi dirasakannya lubang anusnya ditusuk-tusuk juga oleh jari-jemari gadis itu, ternyata gadis itu sekarang pandai sekali memuaskan dirinya. Tuti juga tidak mau kalah dan ia membuat Shanti berguling sehingga gadis itu sekarang yang berada diatasnya dan dengan leluasa Tuti menjilati cairan bening yang jatuh dari liang memek Shanti, cairan lengket dan hangat terasa asin itulah yang selalu dirindukan Tuti.
Enak bukan main rasanya dan Tuti seperti gila menghisap lubang memek gadis itu, lidahnya dengan kaku memasuk kedalam memek Shanti dan membuat gadis itu mengerang, kadang malah Shanti tersentak kesakitan karena lidah Tuti masuk terlalu dalam dan Tuti cepat-cepat mengeluarkan lidahnya, ia lupa bahwa gadis itu masih perawan dan ia ingin Rahman yang memerawani gadis ini, kalau bisa nanti malam.
“Mbakhh.. Aah.. Enak sekali Mbak.. Aaa.. Keluar lagi Mbak.. Aduuhh” Shanti mengerang panjang dan Tuti merasakan cairan bening makin banyak masuk kedalam mulutnya.
Tuti menggosok-gosokkan hidungnya di lubang anus Shanti, ia merasa terangsang sekali melihat liang itu dan dijilatinya lubang anus Shanti, Tuti memasukkan jari telunjuknya, membuat Shanti mengerang lagi. Lalu dikocok-kocoknya telunjuk itu di dalam anus Shanti. Gadis itu tersentak-sentak sambil merintih, Shanti merasa mulas tapi ada perasaan nikmatnya juga. Ia mengejan agar jari Tuti lebih mudah masuk kedalam anusnya, Shanti merasa enak sekali dan ia merasa memeknya banjir besar. Sedangkan Tuti dengan lahap menjilati lubang anus Shanti dan bahkan ia menjilati jarinya yang baru keluar dari dalam anus Shanti, ia mencium bau yang baginya enak sekali dan ia menghisap jari itu.
Shanti melakukan hal serupa, ia memasukkan jarinya dan buat Tuti yang sudah terbiasa, kocokkan jari-jari Shanti di dalam anusnya membuatnya orgasme. Apalagi Shanti dengan tanpa jijik menjilat anusnya dan menusuk-nusuk lubang itu dengan lidahnya, Tuti merasakan kenikmatan yang membuat tubuhnya panas dan gemetar. Dengan rintihan panjang Tuti mencapai orgasme lagi dan terkulai lemas. Shanti juga lemas diatas tubuh Tuti.
Mereka merasa rindu mereka telah terobati sementara dan Shanti diam-diam memohon agar kejadian seperti ini terus akan terjadi, ia tak ingin kehilangan Tuti lagi, ia tak akan kuasa hidup tanpa wanita yang dapat membuatnya merasakan kenikmatan seperti ini. Shanti menyusukkan kepalanya disela-sela ketiak Tuti, ia sangat merindukan kejadian seperti ini dimana ia merasa terlindungi dan Shanti sangat suka sekali bau ketiak Tuti yang sedang berkeringat dan dengan bernafsu Shanti menjilati keringat yang membasahi bulu-bulu ketiak wanita itu. Shanti mengendus dalam dan menikmati bau khas yang sangat disukainnya, bau khas ketiak wanita kampung, tapi baginya bau ketiak Tuti sungguh merangsang.
Tuti cekikikan kegelian karena jilatan lidah Shanti tapi ia merasa nafsunya bangkit kembali. Tuti memandang lidah Shanti membelai ketiaknya dan menjilati keringatnya dengan lahap, ia terangsang sekali melihat bagaimana gadis itu menghisap-hisap bulu ketiaknya yang lebat, seperti dikeramas saja, pikirnya. Tuti menarik wajah Shanti dan melumat mulutnya, dirasakan bau ketiaknya ada dimulut Shanti dan Tuti melumat habis mulut Shanti, gadis itu pasrah membiarkan lidah Tuti menjalar dan menyelusup kemana suka.
Ia merasa jari-jari Tuti mengocok-ngocok didalam liang memeknya dan memeknya licin sekali karena banjir, wanita itu tidak menusuk terlalu dalam dan Shanti merasa nyaman sekali. Tuti membawa jari-jarinya yang berlumuran lendir itu kemulutnya dan kemulut Shanti dan mereka menjilati lendir itu dengan lahap seolah-olah itu adalah tajin yang biasa dimakan bayi. Mereka saling berpelukan dengan mesra dan terlelap dalam rengkuhan kenikmatan.
*****
Ketika bangun, hari sudah senja dan mereka mandi sama-sama dalam kamar Shanti. Tuti mengangumi tubuh Shanti yang benar-benar sedang ranum, matang dan sangat indah, semuanya mulus tanpa cacat. Bulu kemaluannya yang halus, buah dadanya dengan puting merah muda sangat kontras dengan tubuhnya. Tubuhnya sendiri memang masih padat dan serba kencang, tapi ia tak dapat menghindari kegemukan di perutnya, padahal ia sudah senam mati-matian, mungkin inilah karena umur, pikirnya. Sebaliknya Shanti sangat iri melihat tetek Tuti yang begitu besar dan kenyal, walaupun puting susunya juga besar dan kehitaman tapi Shanti tahu banyak sekali laki-laki dikampungnya yang tergila-gila ingin menikmati tubuh Tuti.
“Mbak teteknya besar sekali, kapan aku bisa punya tetek sebesar itu?” Kata Shanti, Tuti tertawa terkekeh-kekeh.
“Ini dulu salah urus, sebenarnya tetekku dulu tidak sebesar ini, tapi ada gara-gara digosok dengan minyak bulus jadi gede kayak gini” Jawab Tuti. Ia tak memberitahu Shanti bahwa dulu germonyalah yang menyuruhnya menggosok teteknya dengan minyak itu.
“Memang bisa?”
“Entahlah, tapi kupikir gara-gara itu sih” mereka terkikik.
“Selesai mandi nanti kita kekamarku yuk” ajak Tuti.
“Ah nanti ada suami Mbak” jawab Shanti.
“Ah mungkin dia pulang malam hari ini” jawab Tuti. Ia tak mau Shanti mengetahui rencananya.
“Wah kamar Mbak hebat sekali!” seru Shanti kagum melihat kemewahan kamar Tuti. Tuti tertawa dan mengajak gadis itu duduk diatas ranjang besar.
“Heh kamu mau nonton film?” tanya Tuti. Shanti menggeleng.
“Film?”
“Iya film yang hebat deh” kata Tuti lalu berjalan ke lemari TV yang terletak pas dikaki ranjang.
“Ini dulu salah urus, sebenarnya tetekku dulu tidak sebesar ini, tapi ada gara-gara digosok dengan minyak bulus jadi gede kayak gini” Jawab Tuti. Ia tak memberitahu Shanti bahwa dulu germonyalah yang menyuruhnya menggosok teteknya dengan minyak itu.
“Memang bisa?”
“Entahlah, tapi kupikir gara-gara itu sih” mereka terkikik.
“Selesai mandi nanti kita kekamarku yuk” ajak Tuti.
“Ah nanti ada suami Mbak” jawab Shanti.
“Ah mungkin dia pulang malam hari ini” jawab Tuti. Ia tak mau Shanti mengetahui rencananya.
“Wah kamar Mbak hebat sekali!” seru Shanti kagum melihat kemewahan kamar Tuti. Tuti tertawa dan mengajak gadis itu duduk diatas ranjang besar.
“Heh kamu mau nonton film?” tanya Tuti. Shanti menggeleng.
“Film?”
“Iya film yang hebat deh” kata Tuti lalu berjalan ke lemari TV yang terletak pas dikaki ranjang.
Tuti memasukkan sesuatu ke dalam kotak alat dan kembali duduk bersama Shanti. Ia memeluk Shanti dan gadis itu membalas pelukannya. Tiba-tiba Shanti melotot ketika melihat adegan dalam film itu. Ia melihat dua wanita sedang disetubuhi oleh beberapa lelaki. Ia melihat kedua wanita itu sedang disetubuhi sambil menghisap kontol pria lainnya. Shanti menahan napas, jantungnya berdebar kencang, tubuhnya meriang dan hangat. Tuti merasa gadis itu gemetar.
“Lho.. Kok.. Kok.. Ih Mbak! Idiihh besar sekali Mbak!” desis Shanti. Tuti diam.
“Jijik Mbak.. Aduh jijik sekali!” seru gadis itu tatkala melihat salah seorang pria itu menyemprotkan air mani kedalam mulut sang wanita dan wanita itu dengan lahap menjilatnya sambil merengek-rengek manja.
“Jijik Mbak.. Aduh jijik sekali!” seru gadis itu tatkala melihat salah seorang pria itu menyemprotkan air mani kedalam mulut sang wanita dan wanita itu dengan lahap menjilatnya sambil merengek-rengek manja.
Shanti teringat malam jahanamnya dengan Pak Mohan, ternyata ada wanita yang suka sekali dengan itu.
“Oh enak sekali Shan, wah rasanya luar biasa!” kata Tuti.
Ia membelai tengkuk Shanti. Shanti bergidik melihat wanita itu kembali menjilati kontol yang baru keluar dari memeknya dan kontol itu dengan ganas menyemburkan cairan kental kedalam mulutnya lagi.
“Aduuhh.. Geli amat. Kok mau sih.. ” Suara Shanti bergetar, diam-diam ia merasa ada perasaan aneh merambati tubuhnya. Ia merasa berahinya naik dengan cepat, apalagi Tuti membelai-belai tengkuknya.
“Mbak! Gila ihh!” Shanti melotot melihat laki-laki lain menusuk lubang pantat wanita itu dan laki-laki lainnya lagi menusuk dari bawah dan dimulut wanita itu tetap tertusuk sebuah kontol hitam. Semua lubang ditubuh wanita itu telah terisi.
“Wah itu yang paling enak Shan, kamu harusnya merasakan bagaimana memek kamu dimasuki kontol Shan.. Enaknya luar biasa!” Desis Tuti.
“Mbak! Gila ihh!” Shanti melotot melihat laki-laki lain menusuk lubang pantat wanita itu dan laki-laki lainnya lagi menusuk dari bawah dan dimulut wanita itu tetap tertusuk sebuah kontol hitam. Semua lubang ditubuh wanita itu telah terisi.
“Wah itu yang paling enak Shan, kamu harusnya merasakan bagaimana memek kamu dimasuki kontol Shan.. Enaknya luar biasa!” Desis Tuti.
Wanita itu juga merasa terangsang. Ia melirik ke pintu yang dibiarkan tidak terkunci. Di televisi terlihat adegan dua wanita itu saling memangut kontol hitam dan mereka saling menjilat dan menyuapi satu sama lain. Shanti mendesah, ia merasa meriang sekali dan memeknya banjir besar, Shanti merasa terangsang bukan main melihat bagaimana kedua wanita itu saling membagi air mani laki-laki itu dan laki-laki itu bergantian memompa mulut wanita-wanita itu.
“Mbaakk.. Aduh Mbak.. Nggak tahan aku” Bisik Shanti manja sambil menatap Tuti. Tuti melumat bibir gadis itu.
“Nafsu yaa..?” Bisiknya. Shanti mengangguk lalu menyurukkan wajahnya ke ketiak Tuti lagi.
“Nafsu yaa..?” Bisiknya. Shanti mengangguk lalu menyurukkan wajahnya ke ketiak Tuti lagi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan.., “Wah ada tamu nih?” Suara besar dan berat menyengat Shanti. Ia melompat berdiri dan membenahi roknya yang tersingkap. Tuti tersenyum manis pada laki-laki itu.
“Oh Mas, lho kok sudah pulang? Ini kenalkan keponakanku Shanti” Kata Tuti sambil mendorong Shanti mendekat kepada laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki yang bertampang seram dengan brewok di wajahnya.
“Ini suamiku Shan, kamu panggil saja Oom Rahman” Kata Tuti.
“Oh Haloo! Wah aku tidak menyangka keponakan kamu cantik begini” Kata Rahman sambil menjabat tangan Shanti. Shanti tersipu menundukkan wajahnya. Rahman duduk diatas ranjang dan membuka sepatunya, matanya menatap televisi.
“Lho kok putar film begitu?” Tanyanya berpura-pura. Tuti tersenyum, Shanti tidak berani memandang, ia malu bukan main.
“Ya iseng saja, lagian aku ingin kasih tahu Shanti bagaimana punya laki-laki itu lho!” Kata Tuti manja sambil membantu melepaskan dasi Rahman.
“Mbaakk.. ” Shanti melotot.
“Lho? Nggak apa-apa kok Shan. Mas Rahman orangnya sangat terbuka kok. Lagian kami sudah biasa dengan adegan-adegan seperti di film itu” kata Tuti sambil menarik Shanti supaya mendekat.
“Oh Mas, lho kok sudah pulang? Ini kenalkan keponakanku Shanti” Kata Tuti sambil mendorong Shanti mendekat kepada laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki yang bertampang seram dengan brewok di wajahnya.
“Ini suamiku Shan, kamu panggil saja Oom Rahman” Kata Tuti.
“Oh Haloo! Wah aku tidak menyangka keponakan kamu cantik begini” Kata Rahman sambil menjabat tangan Shanti. Shanti tersipu menundukkan wajahnya. Rahman duduk diatas ranjang dan membuka sepatunya, matanya menatap televisi.
“Lho kok putar film begitu?” Tanyanya berpura-pura. Tuti tersenyum, Shanti tidak berani memandang, ia malu bukan main.
“Ya iseng saja, lagian aku ingin kasih tahu Shanti bagaimana punya laki-laki itu lho!” Kata Tuti manja sambil membantu melepaskan dasi Rahman.
“Mbaakk.. ” Shanti melotot.
“Lho? Nggak apa-apa kok Shan. Mas Rahman orangnya sangat terbuka kok. Lagian kami sudah biasa dengan adegan-adegan seperti di film itu” kata Tuti sambil menarik Shanti supaya mendekat.
Kemudian ia memeluk Shanti dan mencium mulutnya. Shanti merasa malu dengan perlakuan Tuti tapi ia juga tak ingin menghindar, ia takut Tuti marah. Malah sekarang Tuti meremas buah dadanya dengan perlahan.
“Mbaakk.. Malu ah” rengek Shanti.
“Ah tidak apa-apa kok Shan, Oom sudah biasa kok” kata Rahman sambil menelan ludah.
“Ah tidak apa-apa kok Shan, Oom sudah biasa kok” kata Rahman sambil menelan ludah.
Ia merasa lidahnya kaku dan sepertinya ia sudah merasakan cairan memek Shanti lumer dimulutnya. Lalu Tuti membuka celana Rahman dan sekaligus memelorotkan celana dalamnya, maka meloncat keluar kontol yang sudah agak tegang. Shanti menutup mulutnya melihat kontol yang lumayan besar dan panjang itu. Wajahnya bersemu merah, ia tidak dapat berkata apa karena malu, ia ingin lari tapi ia takut Tuti tersinggung.
“Nih lihat ini Shan. Ini yang namanya kontol enak..” bisik Tuti sambil mengocok pelan kontol Rahman dan Shanti bisa melihat ada lendir bening di kepala kontol itu seperti lendir memeknya.
Lalu ia terbelalak melihat Tuti dengan lahap mengulum kontol itu, bahkan Shanti bingung melihat kontol itu lenyap dalam mulut Tuti. Dan Rahman mendengus-dengus sambil memompanya dalam mulut wanita itu. Shanti gemetar menyaksikan pemandangan yang tidak pernah dibayangkannya. Sungguh mengerikan, pikirnya. Apakah begitu enaknya sampai Tuti mau menghisap kontol itu demikian dengan lahapnya?
“Mau cobain Shan? Enak banget..” Tuti menarik gadis itu supaya berlutut juga.
Rahman berdiri dan tersenyum pada Shanti. Ia menyodorkan kontolnya yang sudah agak keras itu. Tuti mengambil tangan Shanti dan dipaksanya tangan itu menjamah kontol suaminya. Shanti berusaha menahan tangannya dengan setengah hati. Ia bingung dan gundah, ia merasa memeknya seperti hendak meledak karena berahi yang memuncak tapi ia juga malu dan ia tak ingin berselingkuh dengan suami Tuti, tapi sekarang malah Tuti memaksanya menjamah daging yang seperti dodol itu.
“Nggak apa-apa Shan, suamiku milik kamu juga kok..” bisik Tuti.
Kemudian Shanti merasakan daging itu di tangannya, lumayan besar dan kenyal, ada lendir bening keluar dari ujung kontol Rahman, dan Tuti mengusap lendir itu dan memasukkannya ke mulut Shanti, Shanti merasa jijik, tapi ia hanya merasakan asin seperti pejuh Pak Mohan. Lalu Tuti mendekatkan mulut Shanti sambil menekan kepalanya supaya mendekati kontol Rahman. Dan entah bagaimana Shanti pasrah saja ketika kontol itu sudah dalam mulutnya dan bergerak maju mundur. Shanti merasa daging itu hangat dalam mulutnya dan memang kalau dirasa-rasakan enak sekali, seperti mengemut es krim tapi tidak dingin melainkan hangat, hanya sesekali lidahnya merasakan asinnya lendir yang jatuh dalam mulutnya. Tuti juga ikut mengemut kontol Rahman dan sesekali kedua wanita itu saling melumat dan meremas.
“Mmhh.. Enak sekali Mas.. Ayo.. Cepat keluarkan.. Aku sudah tak tahan lagi Mas!” Desah Tuti, tangannya dan tangan Shanti berebut mengocok kontol Rahman.
Bola mata Rahman terbalik dan mulutnya meleguh nikmat seperti kerbau. Kontolnya sungguh keras bukan main dalam maianan kedua perempuan itu. Ia merasakan bagaimanapun jilatan dan kocokan Tuti jauh lebih luar biasa daripada Shanti. Memang ia tak salah memilih gundik, Tuti memang sungguh luar biasa. Dan Rahman menyadari selama ini ia belum pernah bisa tahan lebih dari 3 menit kalau Tuti sudah mengeluarkan keahlian mulut dan tangannya, apalagi kalau kontolnya sudah dalam cengkraman memek wanita itu, maka tak ayal lagi ia akan menyerah sebelum hitungan kedua puluh, padahal dengan isteri tuanya ia tidak pernah bisa keluar dan benar-benar tidak pernah bisa ejakulasi!
Walau bagaimanapun sang isteri melayaninya tetap saja ia tidak dapat puas, bahkan kadang-kadang kontolnya menciut kembali sehingga harus dirangsang lagi. Tapi kalau dengan Tuti, dipegang sebentar saja kontolnya sudah seperti paku baja, terus digoyang sebentar saja, kontolnya sudah meletuskan lahar panasnya, tapi Tuti dapat dengan cepat membangunkan kembali meriamnya walaupun baru meledak. Rahman bersyukur dengan Tuti, ia tak merasa sayang sedikitpun mengeluarkan uang luar biasa besarnya untuk membuat wanita itu mencintainya.
“Oouughh.. Aku.. Aku.. Mau keluar sayy!!” seru Rahman sambil berkelojotan.
Kontolnya dikemot oleh Tuti sedemikian rupa sehingga membuat seluruh otot tubuhnya ngilu menahan gelombang nikmat yang akan segera melanda. Tuti mengeluarkan kontol Rahman dan segera dimasukkannya ke dalam mulut Shanti, gadis itu membiarkan kontol itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan ia mengocoknya dengan bibirnya, lidahnya berusaha menjilat kontol yang keluar masuk dalam mulutnya itu.
Sementara Tuti mengemuti pelir Rahman dengan keahliannya, tiba-tiba Rahman mengeluarkan leguhan keras, tubuhnya kaku dan wajahnya tegang bukan main, mulutnya ternganga sedangkan matanya terbelalak dan berputar ketika kontolnya menyemburkan cairan pejuh panas ke dalam mulut Shanti, tubuhnya kejang dan ia membiarkan kontolnya diam dalam mulut gadis itu, Tuti dengan sigap mengurut dan mengocok batang kontolnya, biasanya Tuti akan terus mengocok kontol itu dengan mulutnya sampai Rahman berkelojotan seperti orang sekarat, tapi ia tahu Shanti baru pertama kali dan belum tahu bagaimana membuat seorang laki-laki mengalami ejakulasi dashyat yang dapat membuatnya mati kaku. Jadi Tuti membantu dengan mengurut batang kontol Rahman dan membuat laki-laki itu menggeram dashyat seperti singa.
Shanti merasa mulutnya penuh dengan cairan lengket, ia tak ingin menelannya jadi ia mengeluarkan dari sela-sela bibirnya walaupun ia tahu sebagian sudah tersembur masuk ke dalam kerongkongannya. Jantungnya berdebar melihat Tuti dengan lahap menjilati setiap lelehan pejuh yang keluar dari mulutnya.
“Telan Shan.. Enak kok.. Mmhh.. Sllrrpp.. Mmmhh..” Tuti menjilati cairan kental keputihan itu. Dan Tuti dengan cepat menelanjangi Shanti, sehingga Shanti benar-benar berlutut tanpa selembar benangpun ditubuhnya dan wanita itu juga sudah telanjang bulat dan bahkan kini Tuti berdiri dan menyodorkan memeknya pada Shanti.
Shanti hendak berpindah menggumuli memek Tuti tapi Rahman masih membiarkan kontolnya dalam mulut gadis itu. Shanti mengeluarkan kontol Rahman dan menjilati pejuh yang menempel disana, ia mengemut kontol Rahman, sekarang ia merasa suka dengan rasanya, ternyata untuk menjadi biasa cepat sekali apalagi kalau memang ternyata enak.
Memek Tuti digesek-gesek di wajah Shanti dan Shanti menyelipkan hidungnya di memek Tuti serta mengendusnya, hhmm nikmat sekali baunya, pikir Shanti. Ia menjulurkan lidahnya dan mengorek-ngorek liang memek Tuti yang sudah licin dan banjir. Tangan kanan Shanti sibuk mengocok kontol Rahman, tapi kontol itu lemas tidak bangun kembali. Rahman meringis kesakitan karena kocokan Shanti yang tidak berpengalaman, mulutnya sedang dilumat oleh Tuti, ia tidak mau melepaskan lumatan Tuti hanya untuk meringis, karena semua yang diberikan Tuti padanya adalah istimewa, dan belum pernah seumur hidupnya Rahman mendapatkan wanita seperti Tuti.
Pelan-pelan mereka beringsut dan akhirnya mereka bertiga bergumul di ranjang. Rahman sibuk melumat mulut Shanti, ternyata gadis itu masih tidak berpengalaman sama sekali, lumatan bibirnya masih jauh dibanding Tuti. Tapi kontolnya sudah tegang seperti baja kembali karena Tuti yang mengocoknya.
“Mau cobain rasanya memek Shanti Mas?” desis Tuti.
Rahman mengangguk, ia mengidam-idamkannya dan dari tadi sore serta ia juga memimpikannya. Tuti menyuruh Shanti memberikan memeknya tapi Shanti malu, Tuti menariknya sehingga pelan-pelan Shanti bergeser sampai tubuhnya di atas Rahman dan ia menungging diatas wajah Rahman. Tuti mendorong pantat Shanti supaya turun dan pelan-pelan Shanti menurunkan pantatnya, tiba-tiba ia mengerang ketika lidah kasar Rahman dan berewoknya menyapu memeknya yang sempit menimbulkan sensasi yang tidak terkirakan nikmatnya. Shanti merasa orgasme padahal belum diapa-apakan. Sekarang ia meliuk-liuk seperti penari ular ketika lidah Rahman menjelajahi bibir memeknya dan menyapu itilnya dengan kasar. Geli dan nikmat bukan main.
Tuti melihat lendir memek Shanti berjatuhan seperti tirai air terjun dan ia bersama Rahman menjilati lendir itu, sesekali ia meludah kedalam mulut Rahman dan laki-laki itu segera menikmati air liurnya. Tuti menjilati liang anus Shanti dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Shanti mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas serta membuatnya ingin kencing. Shanti merasakan memeknya benar-benar disedot oleh Rahman sehingga mengeluarkan suara keras, lalu ia merasa air kencingnya keluar sedikit, ia malu dan berharap Rahman tidak menyadarinya. Tapi Rahman tahu, Tuti pun tahu bahwa Shanti sampai terkencing-kencing saking nikmatnya.
“Ayo Shan kencing saja Shan.. Mmmhh.. Enak sekali kencing kamu” gerang Rahman sambil memainkan itil Shanti dengan lidahnya. Shanti tidak berdaya, dan ia tak kuasa menahannya lagi, ia hanya punya pilihan menderita karena menahan kencing atau menerima kenikmatan yang sedang diambang perasaannya.
“Aduh nggak kuat! Aaakkhh.. Mbaakk!” Shanti merengek sambil mengocok kontol Rahman yang licin karena lendir.
Air seninya menyemprot keluar dari lubang kencingnya, memancar menyemprot wajah Rahman dan Tuti. Panas dan berbau pesing, Tuti memejamkan matanya dan membuka mulutnya sehingga air kencing Shanti masuk kedalam mulutnya dan keluar lagi jatuh kedalam mulut Rahman. Mereka meminum air kencing Shanti yang masih perawan, air kencing yang tidak banyak dan kekuningan tapi sensasinya membuat Rahman melayang, ia merasakan asin dan pahit ketika air kencing gadis itu membasahi tenggorokannya. Tuti malah dengan liar dan lahap meminum dan menjilati air kencing yang jatuh membasahi wajah Rahman kemudian membasahi ranjang mereka, untung Tuti sudah menjaga-jaga, tadi sore ia sudah memasang karpet karet dalam sprei, ia yakin akan terjadi permainan dashyat malam ini dan sekarang terbukti.
Rahman sangat menyukai cairan memek Shanti, ada bau khas seperti punya Tuti tapi ia tetap berpendapat cairan memek Tuti lebih enak dan lebih asin serta kental dan baunya-pun lebih keras daripada punya perawan ini. Rahman merasa kontolnya sudah tak sabar lagi ingin mencari korban, Tuti ingin mengulumnya tapi ia menghindar, ia tidak akan bertahan lama jika dikulum oleh Tuti dan itu membuat Tuti terkikik kegelian.
“Takut? Hi hi hi..” Rahman tersenyum kecut dengan brewok yang berlumuran lendir memek Shanti.
Ia menarik Tuti agar menggantikan Shanti. Tuti beringsut. Ia berbisik pada Shanti, gadis itu menggeleng.
“Coba saja Shan, enak bukan main. Memang pertama-tama akan perih tapi kamu akan segera merasa enak..” kata Tuti.
Shanti diam dan ia pasrah ketika Tuti pelan-pelan membaringkannya terlentang diatas ranjang yang besar itu. Rahman bangun dan menggumulinya, teteknya dikulum oleh laki-laki itu, tapi remasan Rahman ternyata lembut dan menimbulkan berahi. Padahal tadi Shanti melihat bagaimana laki-laki itu mengulum tetek Tuti, membuat wanita itu meringis. Tapi terhadap dirinya Rahman lembut sekali bahkan Shanti merasa enak sekali teteknya disedot-sedot seperti itu. Lalu ia melihat kebawah dan dilihatnya Tuti merenggangkan pahanya lalu memegang kontol Rahman yang sudah keras seperti kayu.
Perlahan-lahan kontol itu turun, tapi sebelum menyentuh memeknya ia melihat Tuti menyelomoti kontol itu sebentar dan itu membuat Rahman menjerit seperti tersentak, wanita itu terkekeh-kekeh senang, lalu Tuti mulai menempelkan kepala kontol Rahman kebibir memek Shanti yang sudah banjir hebat. Pelan-pelan kontol itu mulai masuk sesenti demi sesenti sampai terdengar raungan Shanti.
“Aaakkhh.. Sakiitt.. Uuuhh Mbaakk.. Ampuunn..” Shanti merintih keras ketika kontol Rahman mendesak terus, ia berkelojotan sambil berontak.
Lalu ia merasa lega ketika kontol itu diam dan pelan-pelan memompa tapi tidak turun lagi, gadis itu meriang mendapati kenikmatan melandanya dengan pompaan yang diberikan Rahman. Shanti mendesis-desis seperti orang kepedasan. Tuti memainkan itil Shanti membuat Shanti kejang-kejang, lalu Rahman kembali menusuk, kali ini dengan cepat dan keras.
“Aduuhh.. Ampuunn!! Sakiitt!! Mati aku mbaakk!!” teriak Shanti histeris ketika merasakan lubang memeknya seolah-olah robek dan meledak, perih bukan main dan panas merayapi tubuhnya.
Matanya terbelalak, keringatnya keluar sebesar butian jagung. Jari-jarinya mencakar punggung Rahman, tapi sang kontol sudah tertanam dalam memek Shanti dan Rahman mulai mengangkat perlahan diiringi jeritan Shanti, gadis itu hendak pingsan, sakit sekali, setiap kali laki-laki itu menusuk atau mencabut dirasakannya kenyerian disekeliling memek dan perutnya.
“Tahan Shan, nanti kamu akan keenakan” bisik Tuti.
Setelah beberapa saat, apa yang dikatakan Tuti ternyata benar. Shanti merintih dan mengerang karena kenikmatan. Rahman merasakan hal yang sama pada kontolnya. Ia merasa kontolnya seperti diremas dan dicengkram oleh gadis itu, Rahman benar-benar merasa beruntung, setua ini ia masih mendapatkan perawan! Rahman menghisapi tetek Shanti bergantian dan ia merasakan pentil kecil itu keras dalam mulutnya.
Rahman merasa menang karena ia membuat Shanti menjerit dan berteriak histeris terus menerus tatkala gadis itu mendapatkan orgasmenya, dengan Tuti ia tidak pernah menang, memang dulu pertama kali Tuti menjerit-jerit seolah-olah orgasme tapi akhirnya Rahman tahu itu hanya pura-pura saja, Tuti hanya bisa orgasme kalau memek dan liang anusnya dijilati atau dikocok dengan sesuatu, seperti kontol-kontolan yang bergetar atau dildo karet yang berbuku-buku dan Rahman melarang Tuti memberikan rintihan palsu sewaktu mereka sedang bersetubuh, ia tak ingin kepalsuan dan dengan ksatria ia mengakui tidak dapat mengalahkan Tuti, selalu saja ia yang terjerambab kalah.
“Oommhh.. Aduh Mbak, aku nggak sanggup lagi Mbaak!” Shanti mengeluh, tubuhnya bersimbah peluh dan ia merasa melayang karena lautan kenikmatan yang terus melandanya.
Tuti tidak mau mendengarkannya karena wanita itu juga sedang dilanda nafsu yang luar biasa, ia menyurukkan kepalanya dan menjilati liang anus Rahman lalu beberapa saat jika ingin keluar ia mencabut kontolnya dan Tuti segera menyelomotinya dengan kasar supaya laki-laki itu tidak orgasme lalu Tuti akan menyuruk kememek Shanti dan menjilati cairan yang menggenang bercampur dengan darah perawan gadis itu sampai bersih, ia juga menjilati cairan yang mengalir ke liang anus Shanti, ia menghisap dan menelan cairan itu dengan penuh nafsu, baru Rahman memasukkan kembali kontolnya dan memompa Shanti kembali. Tuti juga mencapai orgasme karena merasa terangsang dengan ulahnya, ia merasa seperti binatang, ia merasa seperti budak yang harus membersihkan semua cairan berahi Rahman dan Shanti dan itu membuatnya sangat terangsang.
Lalu Tuti mengatur posisi Shanti, ia menyuruh gadis itu menungging dan Rahman menyetubuhinya dari belakang, sedangkan Tuti menyurukkan tubuhnya kebawah Shanti dan mengemut itil gadis itu sementara Rahman memompa dengan irama pelan. Kali ini Shanti terbelalak dan gemetaran karena kenikmatan yang datang jauh lebih dashyat daripada tadi. Mulut Shanti keluar erangan, ia merasakan itilnya diputar-putar didalam mulut Tuti dan ia merasakan daging yang menyesakkan liang memeknya seperti membuatnya ingin kencing lagi, ia menjerit-jerit histeris dengan tubuh berkelojotan seperti gadis yang tengah sekarat. Dan Shanti seperti gila membenamkan wajahnya keselangkangan Tuti, lidahnya dengan liar mengorek-ngorek liang memek wanita itu dan menjilati cairan kental yang berlumuran disana. Mulut Shanti terasa asin dan tubuhnya terasa lengket oleh keringat.
“Sudah Oom.. Ampun.. Aduh.. Nggak kuat lagi akuu!” jerit Shanti dan ia terkulai menindih tubuh Tuti.
Rahman mencabut kontolnya dan dari dalam memek Shanti mengalir cairan encer bening banyak sekali. Tuti dengan lahap menjilati cairan itu bahkan Rahman tak segan-segan menjilati liang anus Shanti dengan penuh nafsu. Kontolnya yang keras bagi baja itu masih tegak perkasa menunggu sesuatu yang dapat dipasaknya. Tuti meremas kontol Rahman sambil menghisap memek Shanti. Kemudian Tuti cepat-cepat mencegah Rahman ketika laki-laki itu hendak mengarahkan kontolnya keliang anus Shanti. Rahman sadar dan buru-buru mengurungkan niatnya. Tuti tidak dapat membayangkan bagaimana Shanti menerima tusukan kontol Rahman diliang duburnya, pasti gadis itu akan meraung-raung kesakitan luar biasa.
“Sekarang giliran aku manis..” desis Tuti. Lalu ia tidur terlentang dan mengangkat kedua kakinya terlipat ke wajahnya sehingga memek dan liang anusnya menghadap keatas.
Shanti segera menyelomoti liang memek Tuti dengan rakus. Ia mengocok memek Tuti dengan jarinya dan membuat wanita itu berkelojotan, Tuti dapat orgasme bila dengan Shanti karena ia sangat menikmati waktunya dengan gadis itu. Shanti mulai menjilati liang anus Tuti sedangkan wanita itu menyelomoti kontol Rahman. Tuti menyelomoti dengan kasar, ia membiarkan sesekali kontol Rahman mengenai giginya dan Rahman senang karena wanita itu tidak akan membuatnya keluar dengan cepat. Ia tahu keinginan Tuti, ia tahu Tuti ingin dipompa dan Rahman senang sekali. Kontolnya tidak lemas karena ia sangat terangsang melihat keliaran Shanti melumat liang anus Tuti dengan rakus, Rahman sekarang makin bersyukur mendapatkan dua perempuan yang punya nafsu besar, semula ia tidak menyangka gadis muda itu akan mudah didapatkan, ternyata memang Tutilah yang memegang peranan.
“Jilat dalamnya Shan, .. Oooh bersihkan.. Terus.. Aduh enak sekali Shan.. Emut terus Shan” desis Tuti, Shanti menusuk-nusukan lidahnya di liang anus wanita itu dan sesekali lidahnya terjepit sampai dalam, kemudian ditusuk-tusukannya dan membuat Tuti tersentak-sentak.
Kemudian Shanti melihat Rahman mendekati dan mengarahkan kontolnya. Tapi Shanti kaget ketika kontol Rahman pelan-pelan menusuk keliang anus Tuti. Shanti memandang Tuti, dan wanita itu mengedipkan matanya. Tuti mengejan sedikit dan blup! Kontol Rahman melesak masuk kedalam liang itu. Shanti terpana ketika melihat Rahman mengayun maju mundur memompa liang anus Tuti, pompaan yang berirama dan ada lendir yang keluar bersama pompaan kontol Rahman.
“Shan, jilat Shan.. Ooohh.. Terus.. Aaakkhh..” Tuti merasa orgasme ketika melihat dengan tanpa merasa jijik Shanti menjilati lendir yang keluar dari liang anusnya dan bahkan Rahman mencabut kontolnya dan Shanti seperti sudah tahu langsung menghisap dan menyelomoti kontol itu.
Shanti sama sekali tidak jijik karena kalau itu liang anus Tuti, apapun diminta Tuti ia akan melakukannya karena Shanti sadar bahwa yang dikatakan Tuti selalu benar. Shanti merasakan cairan asin dan berbau tapi ia menikmatinya. Bahkan beberapa kali ia memaksa kontol Rahman dicabut supaya ia bisa menghisap dan membersihkan cairan lengket keputihan itu. Rahman beberapa kali sudah ingin meledak karena berahi yang mencapai puncak tapi untung setiap kali ada Shanti yang membuatnya mengurungkan ledakan laharnya dan ia tersenyum senang pada Tuti, sedangkan Tuti sudah lebih dari dua kali orgasme karena perbuatan Shanti didepan matanya daripada pompaan kontol Rahman di duburnya.
Ia menarik Shanti dan memaksa melumat mulut gadis itu, Shanti membuka mulutnya dan membiarkan cairan keputihan yang baru saja dijilat di liang anus Tuti mengalir jatuh kedalam mulut Tuti. Tuti merintih dan menikmati cairan itu, kemudian mereka saling membelit dan melumat. Tuti menggoyang berirama dan membuat Rahman menggerung seperti binatang terluka.
“Aaarrgghh.. Gilaa!!” teriak Rahman.
“Cepat, cepat!” teriak Tuti sambil mendorong Shanti.
“Cepat, cepat!” teriak Tuti sambil mendorong Shanti.
Seperti sudah mengetahui apa yang harus dilakukannya Shanti segera menyurukkan wajahnya dan sedikit terlambat ketika Rahman memuntahkan pejuhnya didalam anus Tuti tapi laki-laki itu memaksa mencabutnya dan Shanti segera menangkap dengan mulutnya. Rahman memompanya dalam mulut Shanti seperti orang kesetanan dan cairan yang keluar seperti tidak ada habis-habisnya, Shanti kali ini menelan cairan itu, sebagian disekanya dengan tangannya kemudian disodorkan kepada Tuti dan wanita itu menjilat cairan itu dengan lahap.
Rahman berkelojotan seperti akan putus nyawanya, mulutnya mengeluarkan suara seperti orang sekarat. Ia benar-benar puas. Shanti menyelomoti kontolnya dengan ahli sekarang. Ia bisa merasakan jalaran lidah gadis itu menyapu permukaan topi bajanya dan keleher kontolnya yang paling peka, membuatnya melayang-layang dalam perasaan aneh yang membuat tubuhnya panas meriang. Setelah agak lama Rahman tumbang diatas ranjang.
“Aku bisa gila..” desahnya.
Rahman memandang Shanti yang sedang menjilati cairan pejuh di anus Tuti, ia bahkan mengorek-ngorek liang anus Tuti dengan lidahnya dan itu membuat Tuti menjerit-jerit kenikmatan dan kegelian, tapi Shanti seperti kesetanan dengan perbuatan joroknya. Shanti tidak peduli apa yang dijilatnya, ia hanya merasa ada sensasi aneh dengan melakukannya, ia merasa hebat dan ia merasa terangsang bukan main dengan apa yang diperbuatnya.
Shanti betul-betul pembersih, ia membuat liang memek dan anus Tuti berkilat karena jilatannya. Tak ada setetes-pun lendir disana kecuali bekas jilatan-jilatan lidahnya. Shanti puas dengan pekerjaannya. Ia memandang Tuti dengan penuh cinta ketika wanita itu menurunkan kakinya. Tuti merasa kakinya hendak copot karena pegal dan perutnya keram, tapi ia tersenyum letih pada Shanti. Ia membelai kepala gadis itu kemudian mereka saling melumat dan berpelukan dalam senyap, sementara Rahman dengan mulut ter-nganga mendengkur seperti babi.
“Aku cinta sama Mbak” bisik Shanti. Tuti tersenyum lembut.
“Aku juga mencintaimu Shan, kamu segalanya buatku” bisiknya.
“Jangan tinggalkan saya Mbak” Tuti menggeleng dalam diam. Tidak akan, pikirnya. Tidak akan pernah! Shanti menyusupkan kepalanya di payudara Tuti dan tidur lelap dalam kelelahan..
“Aku juga mencintaimu Shan, kamu segalanya buatku” bisiknya.
“Jangan tinggalkan saya Mbak” Tuti menggeleng dalam diam. Tidak akan, pikirnya. Tidak akan pernah! Shanti menyusupkan kepalanya di payudara Tuti dan tidur lelap dalam kelelahan..
*****
“Wah segar sekali kamu kelihatannya?” kata Tuti sambil duduk disamping Shanti.
Gadis itu sedang melamun diteras belakang rumah Tuti sambil memandang kolam renang. Shanti terkejut sebentar tapi tersenyum manis. Wajahnya bersih dan segar, rambutnya yang panjang dibiarkan terurai dan pagi itu Shanti benar-benar cantik sekali. Ia memakai daster warna kuning dengan bunga-bunga kecil di bagian dada.
“Wah Mbak juga kelihatan cantik sekali!” seru Shanti.
Tak lama kemudian seorang wanita tua yang dikenal dengan mbok Iyem menaruh kopi susu dan roti panggang di meja kecil dihadapan mereka.
“Melamunin semalam ya?” bisik Tuti setelah pembantunya pergi. Shanti mencubit perut Tuti, membuat wanita itu tekikik geli.
“Aaahh Mbak! Malu nih..” rengek Shanti. Tuti tertawa lagi.
“Kok malu? Itu biasa kok, semua orang juga pasti melakukannya” kata Tuti sambil menyerahkan kopi susu kepada gadis itu.
“Tapi kan nggak kayak semalam Mbak. Aku malu dan risih sama Mbak..” kata Shanti.
“Aaahh Mbak! Malu nih..” rengek Shanti. Tuti tertawa lagi.
“Kok malu? Itu biasa kok, semua orang juga pasti melakukannya” kata Tuti sambil menyerahkan kopi susu kepada gadis itu.
“Tapi kan nggak kayak semalam Mbak. Aku malu dan risih sama Mbak..” kata Shanti.
Ia menghirup kopi susunya. Tuti tersenyum sambil minum juga.
“Aku kan sudah bilang, buat aku sama sekali nggak apa-apa. Malah aku senang sekali kamu juga merasakan kesenangan denganku” jawab Tuti.
“Tetap aku merasa malu, sebab itu kan suami Mbak”
“Jangan berkata seperti itu, yang aku inginkan cuma kebahagiaan dan kesenangan kita berdua Shan. Rahman memang sangat mencintaiku, dan aku juga sangat mencintainya, tapi aku juga sangat mencintaimu, kamu kan tahu itu?”
“Tapii.. Ah pokoknya entah bagaimana aku nanti kata orang. Bersetubuh dengan suami orang dan bersama pula!”
“Ah mana orang yang tahu? Sudahlah, pokoknya aku merasa sangat bahagia” kata Tuti.
“Tetap aku merasa malu, sebab itu kan suami Mbak”
“Jangan berkata seperti itu, yang aku inginkan cuma kebahagiaan dan kesenangan kita berdua Shan. Rahman memang sangat mencintaiku, dan aku juga sangat mencintainya, tapi aku juga sangat mencintaimu, kamu kan tahu itu?”
“Tapii.. Ah pokoknya entah bagaimana aku nanti kata orang. Bersetubuh dengan suami orang dan bersama pula!”
“Ah mana orang yang tahu? Sudahlah, pokoknya aku merasa sangat bahagia” kata Tuti.
Tuti membelai rambut Shanti.
“Apakah kamu tidak bahagia?”
“Aku bukan main bahagianya Mbak dan aku juga bingung bagaimana aku harus berterima kasih pada semua kebaikan Mbak” jawab Shanti.
“Jangan berkata begitu sayang, aku malah takut kamu menjadi marah padaku karena kejadian semalam keperawananmu hilang” kata Tuti sambil memandang Shanti.
“Ah buatku tidak masalah Mbak, yang penting enaakk.. Hi hi hi” Shanti merasa lucu sendiri, ia sama sekali tidak peduli dengan keperawanannya, masa bodo, pikirnya. Aku malah merasa aneh dan sangat ketagihan..
“Masih sakit?” tanya Tuti. Shanti menggeleng.
“Nggak, cuma tadi pagi perih waktu mau kencing. Mbak tidurnya enak sekali ya, tapi kok Oom Rahman udah menghilang sepagi itu?” tanya Shanti.
“Oh itu mah biasa Shan. Bisnisnya terlalu banyak dan seringnya malah jam dua pagi sudah pergi kalau mau keluar negeri” kata Tuti.
“Wah enak dong ya, Mbak pasti sudah sering keluar negeri”
“Yah hanya ke Singapura dan Malaysia saja, lainnya belum ada kesempatan” jawab Tuti tertawa.
“Nanti juga pada saatnya kita akan bisa pergi bersama-sama” lanjutnya.
“Wah tadi pagi mulutku baunya bukan main Mbak! Semalam ketiduran padahal belum gosok gigi” kata Shanti sambil cekikikan. Tuti tertawa juga.
“Aku juga! Uekh, aku pengen muntah saja tadi pagi, hi hi hi..” Tuti membuat wajahnya terlihat lucu.
“Tapi sekarang sudah nggak lagi kan?” lanjutnya sambil membuka mulutnya dan mendekatkan pada Shanti. Shanti mencium mulut Tuti dan melumatnya.
“Mmmhh.. Sedaapp..” desisnya.
“Udah ah, ntar kelihatan sama si Mbok bisa pingsan dia melihat kita ciuman begini” kata Tuti. Mereka tertawa.
“Apakah kamu nggak merasa jijik dengan perbuatan kita semalam?” tanya Tuti ingin tahu. Shanti memandangnya sambil menggeleng.
“Entahlah, aku malah kepengen lagi Mbak. Padahal tadi pagi aku berpikir betapa menjijikkannya perbuatan kita semalam, tapi mengapa aku merasa aneh dan terangsang setiap kali membayangkannya?” Shanti memang merasa bingung.
“Aku bukan main bahagianya Mbak dan aku juga bingung bagaimana aku harus berterima kasih pada semua kebaikan Mbak” jawab Shanti.
“Jangan berkata begitu sayang, aku malah takut kamu menjadi marah padaku karena kejadian semalam keperawananmu hilang” kata Tuti sambil memandang Shanti.
“Ah buatku tidak masalah Mbak, yang penting enaakk.. Hi hi hi” Shanti merasa lucu sendiri, ia sama sekali tidak peduli dengan keperawanannya, masa bodo, pikirnya. Aku malah merasa aneh dan sangat ketagihan..
“Masih sakit?” tanya Tuti. Shanti menggeleng.
“Nggak, cuma tadi pagi perih waktu mau kencing. Mbak tidurnya enak sekali ya, tapi kok Oom Rahman udah menghilang sepagi itu?” tanya Shanti.
“Oh itu mah biasa Shan. Bisnisnya terlalu banyak dan seringnya malah jam dua pagi sudah pergi kalau mau keluar negeri” kata Tuti.
“Wah enak dong ya, Mbak pasti sudah sering keluar negeri”
“Yah hanya ke Singapura dan Malaysia saja, lainnya belum ada kesempatan” jawab Tuti tertawa.
“Nanti juga pada saatnya kita akan bisa pergi bersama-sama” lanjutnya.
“Wah tadi pagi mulutku baunya bukan main Mbak! Semalam ketiduran padahal belum gosok gigi” kata Shanti sambil cekikikan. Tuti tertawa juga.
“Aku juga! Uekh, aku pengen muntah saja tadi pagi, hi hi hi..” Tuti membuat wajahnya terlihat lucu.
“Tapi sekarang sudah nggak lagi kan?” lanjutnya sambil membuka mulutnya dan mendekatkan pada Shanti. Shanti mencium mulut Tuti dan melumatnya.
“Mmmhh.. Sedaapp..” desisnya.
“Udah ah, ntar kelihatan sama si Mbok bisa pingsan dia melihat kita ciuman begini” kata Tuti. Mereka tertawa.
“Apakah kamu nggak merasa jijik dengan perbuatan kita semalam?” tanya Tuti ingin tahu. Shanti memandangnya sambil menggeleng.
“Entahlah, aku malah kepengen lagi Mbak. Padahal tadi pagi aku berpikir betapa menjijikkannya perbuatan kita semalam, tapi mengapa aku merasa aneh dan terangsang setiap kali membayangkannya?” Shanti memang merasa bingung.
Tadi pagi ia merasa risih dan malu sekali mendapati dirinya bangun dari tidur dengan tubuh telanjang bulat diatas tubuh Tuti. Dan ia ingin muntah mendapati mulutnya bau sekali, tubuhnya berbercak-bercak putih seperti kerak dan ia yakin itu pejuh atau lendir Tuti atau bahkan miliknya sendiri.
Tapi anehnya ia malah tersenyum waktu itu dan merasa jantungnya berdebar ketika membersihkan kerak-kerak itu dan merasakan kerak itu menjadi lendir kembali sewaktu kena air. Ia malah mencicipinya lagi sambil membayangkan apa yang dilakukannya semalam. Mungkin kalau menurut adat kampung perbuatannya semalam sudah termasuk katagori gila atau perempuan laknat, bersetubuh dengan suami orang, menciumi anus sesama jenis bahkan menjilatinya, oh itu sungguh bisa menimbulkan masalah yang luar biasa besarnya jika diketahui orang tuanya. Untung orang tuanya berada jauh sekali dari sini.
“Heh! Melamun lagi!” seru Tuti.
“Oh eh.. Ih Mbak ngagetin melulu!”
“Mikirin apa lagi?” tanya Tuti.
“Mikirin semalam kok Mbak mau saja sih ditusuk di pantat?” tanya Shanti. Tuti mengerling pura-pura marah.
“Kamu ini jorok ya, pagi-pagi sudah ngomong gituan..”
“Aaahh.. Ayo dong Mbak” rengek Shanti. Tuti mencubit pipi gadis itu.
“Ya mau saja, wong buatku enak sekali kok” jawab Tuti.
“Lho? Kan sakit Mbak?”
“Ndak lagi, malah aku sering sekali ngecret kalo dientot pantatku” jawab Tuti seenaknya.
“Dulu pertama kali memang sakit, tapi lama-lama malah enak, seperti mau berak rasanya. Rasanya mulas sewaktu kontol masuk kedalam sana”
“Astaga! Mbak ih, jorok..”
“Enaakk.. Kan kamu dulu yang mulaiin ngomong jorok” Tuti tersenyum genit.
“Sekali-kali aku pengen juga dientot di sana Mbak” kata Shanti tiba-tiba.
“Nanti juga kesampaian, dan kamu bisa ketagihan nanti. Apalagi kalau kita dientot dari depan dan belakang, wah rasanya semua laki-laki jadi budak nafsu kita. Kita bisa mati keenakan Shan!” kata Tuti. Shanti melotot.
“Gila! Masak ditusuk dari depan dan belakang?” Tuti baru mendengarnya lagi.
“Iya, dulu sekali aku pernah dientot 6 laki-laki Shan. Satu menusuk pantatku sambil nungging, sedangkan aku mengentoti kontol laki-laki dibawahku dengan memekku dan mulutku dientot dua kontol, dan dua kontol lagi mengentoti ketekku, wah aku merasa seperti mesin pejuh Shan, mereka semua menyemburkannya dimulutku, dipantatku, di memekku, di ketekku, di tetekku, di perut, di kaki, di paha, di wajah serta di rambutku!” Cerita Tuti kebablasan.
“Oh eh.. Ih Mbak ngagetin melulu!”
“Mikirin apa lagi?” tanya Tuti.
“Mikirin semalam kok Mbak mau saja sih ditusuk di pantat?” tanya Shanti. Tuti mengerling pura-pura marah.
“Kamu ini jorok ya, pagi-pagi sudah ngomong gituan..”
“Aaahh.. Ayo dong Mbak” rengek Shanti. Tuti mencubit pipi gadis itu.
“Ya mau saja, wong buatku enak sekali kok” jawab Tuti.
“Lho? Kan sakit Mbak?”
“Ndak lagi, malah aku sering sekali ngecret kalo dientot pantatku” jawab Tuti seenaknya.
“Dulu pertama kali memang sakit, tapi lama-lama malah enak, seperti mau berak rasanya. Rasanya mulas sewaktu kontol masuk kedalam sana”
“Astaga! Mbak ih, jorok..”
“Enaakk.. Kan kamu dulu yang mulaiin ngomong jorok” Tuti tersenyum genit.
“Sekali-kali aku pengen juga dientot di sana Mbak” kata Shanti tiba-tiba.
“Nanti juga kesampaian, dan kamu bisa ketagihan nanti. Apalagi kalau kita dientot dari depan dan belakang, wah rasanya semua laki-laki jadi budak nafsu kita. Kita bisa mati keenakan Shan!” kata Tuti. Shanti melotot.
“Gila! Masak ditusuk dari depan dan belakang?” Tuti baru mendengarnya lagi.
“Iya, dulu sekali aku pernah dientot 6 laki-laki Shan. Satu menusuk pantatku sambil nungging, sedangkan aku mengentoti kontol laki-laki dibawahku dengan memekku dan mulutku dientot dua kontol, dan dua kontol lagi mengentoti ketekku, wah aku merasa seperti mesin pejuh Shan, mereka semua menyemburkannya dimulutku, dipantatku, di memekku, di ketekku, di tetekku, di perut, di kaki, di paha, di wajah serta di rambutku!” Cerita Tuti kebablasan.
Shanti tegang sekali sehingga napasnya memburu. Ia terkejut mendapati Tuti begitu berpengalaman dengan laki-laki.
“Emang dulu Mbak.. “
“Ya aku dulu pelacur Shan. Pelacur idaman setiap laki-laki, bukan sombong, tapi penghasilanku dulu besar sekali. Karena aku selalu memuaskan setiap laki-laki dan aku selalu menuruti apa yang mereka inginkan. Kamu akan tahu laki-laki itu punya fantasi yang gila Shan. Mereka kebanyakan membayangkan kita-kita ini seperti binatang peliharaan mereka..” cerita Tuti lagi.
“Ya aku dulu pelacur Shan. Pelacur idaman setiap laki-laki, bukan sombong, tapi penghasilanku dulu besar sekali. Karena aku selalu memuaskan setiap laki-laki dan aku selalu menuruti apa yang mereka inginkan. Kamu akan tahu laki-laki itu punya fantasi yang gila Shan. Mereka kebanyakan membayangkan kita-kita ini seperti binatang peliharaan mereka..” cerita Tuti lagi.
Shanti tegang mendengarkan.
“Dan kebetulan aku juga maniak seks, jadi aku juga merasa enak sekali, nafsu berahiku besar sekali Shan. Dulu aku begitu menghayati pekerjaanku, bayangkan saja, sudah dientot enak dapat uang pula!” lanjut Tuti.
“Mbak hebat sekali! Aku tidak pernah membayangkan Mbak jadi pelacur lho!” seru Shanti.
“Ssstt.. Pelan-pelan dong, kedengaran orang mati aku!” desis Tuti. Mereka tertawa.
“Tapi ada juga nggak enaknya, tapi umumnya aku puas dengan apa yang kuhasilkan dulu dan sekarang lebih enak lagi. Mendapatkan suami kaya dan gadis cantik seperti kamu yang..” Tuti menggantung kalimatnya.
“Yang apa?”
“Ah nggak jadi deh..”
“Aaahh ayo doongg..”
“Yang siap dientot dan mengentot!” bisik Tuti.
“Mbak hebat sekali! Aku tidak pernah membayangkan Mbak jadi pelacur lho!” seru Shanti.
“Ssstt.. Pelan-pelan dong, kedengaran orang mati aku!” desis Tuti. Mereka tertawa.
“Tapi ada juga nggak enaknya, tapi umumnya aku puas dengan apa yang kuhasilkan dulu dan sekarang lebih enak lagi. Mendapatkan suami kaya dan gadis cantik seperti kamu yang..” Tuti menggantung kalimatnya.
“Yang apa?”
“Ah nggak jadi deh..”
“Aaahh ayo doongg..”
“Yang siap dientot dan mengentot!” bisik Tuti.
Shanti menjerit sambil mencubiti Tuti, mereka saling cubit mencubit sambil cekikikan. Tuti memang merasa bersyukur bukan main dengan keadaannya sekarang, tapi Shanti juga sangat bersyukur dengan apa yang didapatnya sekarang. Jadi kurang apa lagi?
“Ehh Mbak, nanti malam kalo Oom Rahman pulang kita lakukan hal yang semalam yuukk..?” kata Shanti memecahkan lamunan Tuti.
“Ahh.. Kamu masa sih tadi malam belum puas??”
“Aaahh.. Ayo doongg.. Mbak khan Shanti mau ngobain dientot lewat anus, seperti Mbak semalam?”
“Memangnya kamu udah siap dientot di pantat?? tanya Tuti meragukan perkataan Shanti.”
“Aku khan mau nyobain Mbak, abis Shanti lihat semalam Mbak sangat keenakkan sihh..?”
“Shan apa kamu engga takut sama kontolnya Oom Rahman? Khan kontolnya Oom Rahman besar sekali. Nanti anusmu bisa jebol lohh..!!?” kata Tuti meyakinkan kesungguhan Shanti.
“Engga aku sama sekali engga takut, masa kontol itu di anus Mbak bisa masuk di anus Shanti engga bisa??”
“Yaa bisa sihh.., tapi pertama-tama musti sedikit dipaksakan, dan lagi waktu pertama kali masuk wahh.. Sakitnya bukan main lohh..?”
“Tapi abis itu enak khan Mbak??”
“Iya sih, yaa kurang lebih sama lah waktu kamu kesakitan semalam, malahan bisa lebih sakit ke anus?”
“Pokoknya Shanti mau nyoba, tapi Mbak ajarin yaa..!!” Shanti memohon ke Tuti.
“Yaa udah bersiaplah nanti malam?”
“Ahh.. Kamu masa sih tadi malam belum puas??”
“Aaahh.. Ayo doongg.. Mbak khan Shanti mau ngobain dientot lewat anus, seperti Mbak semalam?”
“Memangnya kamu udah siap dientot di pantat?? tanya Tuti meragukan perkataan Shanti.”
“Aku khan mau nyobain Mbak, abis Shanti lihat semalam Mbak sangat keenakkan sihh..?”
“Shan apa kamu engga takut sama kontolnya Oom Rahman? Khan kontolnya Oom Rahman besar sekali. Nanti anusmu bisa jebol lohh..!!?” kata Tuti meyakinkan kesungguhan Shanti.
“Engga aku sama sekali engga takut, masa kontol itu di anus Mbak bisa masuk di anus Shanti engga bisa??”
“Yaa bisa sihh.., tapi pertama-tama musti sedikit dipaksakan, dan lagi waktu pertama kali masuk wahh.. Sakitnya bukan main lohh..?”
“Tapi abis itu enak khan Mbak??”
“Iya sih, yaa kurang lebih sama lah waktu kamu kesakitan semalam, malahan bisa lebih sakit ke anus?”
“Pokoknya Shanti mau nyoba, tapi Mbak ajarin yaa..!!” Shanti memohon ke Tuti.
“Yaa udah bersiaplah nanti malam?”
Waktu terus berlalu, akhirnya malam-pun tiba. Shanti dan Tuti keduanya menunggui Rahman di ruang tamu. Mereka duduk-duduk disana sambil makan kue-kue kecil. Akhirnya pada jam 9.20 terdengar suara klakson mobil.
“Shan itu Oom Rahman pulang?” teriak Tuti.
“Ayu Mbak kita kedepan membukakan pintu?” kata Shanti sambil beranjak dari duduknya.
“Ayu Mbak kita kedepan membukakan pintu?” kata Shanti sambil beranjak dari duduknya.
Lalu Tuti pun mengikutinya dari belakang. Setelah Rahman memarkir mobilnya di garasi, Tuti menutup pagar, lalu mereka bertiga masuk kedalam. Ketiganya langsung menuju ke kamar yang sudah disiapkan oleh Tuti.
Sesampainya disana Rahman langsung mencopot pakaiannya, terus ia beranjak ke kamar mandi untuk mandi. Sementara itu Shanti menunggunya dengan hati berdebar-debar. Sambil menunggu Rahman mandi, Tuti menyetel film biru. Shanti semakin terangsang melihat adegan-adegan pada film tersebut. Ia merasakan itilnya berdenyut-denyut, puting susunya mengeras. Melihat perubahan wajah dari gadis tersebut, Tuti yang sangat berpengalaman langsung saja melumat bibir gadis itu.
Perlahan-lahan Tuti mulai melepaskan pakaian Shanti. Gadis itu malah ikut membantu mengangkat pantatnya ketika Tuti melepaskan pakaiannya. Lalu setelah ia melepaskan pakaian gadis itu, ia-pun segera melepaskan pakaiannya. Akhirnya mereka berdua telanjang diatas ranjang tanpa mengenakan sehelai benang-pun. Bibir mereka saling melumat, tangan mereka saling meraba bagian-bagian sensitif, sehingga membuat mereka lebih terangsang.
Pada saat rangsangan mereka mencapai puncaknya, tiba-tiba Rahman keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi kemaluannya. Segera saja kedua perempuan tersebut menyambut Rahman, mereka melepaskan handuk yang melilit di pinggangnya, lalu Shanti dengan rakus langsung mengemut kontol laki-laki tersebut. Sementara itu Tuti sibut menjilati buah zakarnya. Lalu Tuti mengajak mereka semua pindah keranjang. Kemudian Rahman mencium belakang telinga Shanti dan lidahnya bermain-main di dalam kupingnya. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Shanti mengeliat-geliat. Mulut Rahman berpindah dan melumat bibir Shanti dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulut gadis itu dan menggelitik-gelitik lidahnya.
“Aaahh.., hmm.., hhmm”, terdengar suara menggumam dari mulut Shanti yang tersumbat oleh mulut Rahman.
Mulut Rahman sekarang berpindah dan mulai menjilat-jilat dari dagu Shanti turun ke leher, kepala gadis belia itu tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arah Rahman, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arah lelaki setengah baya tersebut.
Laki-laki itu langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah payudara gadis tersebut, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Shanti yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutnya. Buah dada Shanti yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulut Rahman yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Lidahnya bermain-main pada puting buah dada Shanti yang segera bereaksi menjadi keras. Terasa sesak napas Shanti menerima permainan Rahman yang lihai itu. Badan Shanti terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan,
“Ssshh.., sshh.., aahh.., aahh.., sshh.., sshh.., aduh Mbak aku engga kuat, sshh.., enaak.. Oom”, mulut Rahman terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dadanya secara bergantian. Badan Shanti benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Sementara itu Tuti terus bermain-main di paha Shanti yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan, tiba-tiba jarinya menyentuh bibir kemaluan Shanti.
Segera badan Shanti tersentak dan, “Aaahh.., oohh.., Mbaak..!”.
Mula-mula hanya ujung jari telunjuk Tuti yang mengelus-elus bibir kemaluannya. Muka Shanti yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Kedua tangan Tuti memegang kedua kaki gadis itu, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahanya lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkangan Shanti yang telah terbuka itu.
Nafas perempuan itu terdengar mendengus-dengus memburu. Shanti merasakan badannya amat lemas serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang mengila, apalagi melihat tubuh Rahman yang besar berbulu dengan kemaluannya yang hitam, besar yang pada ujung kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu. Sambil memegang kedua paha Shanti dan merentangkannya lebar-lebar, Tuti membenamkan kepalanya di antara kedua paha Shanti. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan gadis belia tersebut yang yang masih rapat, tertutup rambut halus dan tipis itu.
Shanti hanya bisa memejamkan mata, “Ooohh.., nikmatnya.., oohh!”, Shanti menguman dalam hati, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian.
“Ooohh.., hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mbaakk.., aku tak tahan lagi..!”, Shanti memelas sambil menggigit bibir.
“Ooohh.., hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mbaakk.., aku tak tahan lagi..!”, Shanti memelas sambil menggigit bibir.
Sungguh Shanti tidak bisa menahan lagi, dia telah diliputi nafsu birahi, perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Tuti dan Rahman yang telah bepengalaman itu. Namun rupanya mereka berdua itu tidak peduli dengan keadaan Shanti yang telah orgasme beberapa kali itu, bahkan mereka terlihat amat senang melihat Shanti mengalami hal itu. Tangannya yang melingkari kedua pantat Shanti, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Shanti dengan sangat bernafsu. Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Rahman dan Tuti ini, Shanti benar-benar sangat kewalahan dan kamaluannya telah sangat basah kuyup.
“Mbaakk.., aakkhh.., aakkhh!”, Shanti mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepala Tuti untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambut Tuti keras-keras.
Gadis ayu yang lemah lembut ini benar-benar telah ditaklukan oleh permainan Tuti dan laki-laki setengah baya yang dapat sangat membangkitkan gairahnya. Tiba-tiba Tuti melepaskan diri, kemudian bangkit di depan Shanti yang masih tertidur di tepi ranjang, ditariknya Shanti dari atas ranjang dan kemudian Rahman disuruhnya duduk ditepi ranjang. Kemudian kedua tangan Tuti menekan bahu Shanti ke bawah, sehingga sekarang posisi Shanti berjongkok di antara kedua kaki berbulu lelaki tersebut dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya.
Shanti sudah tahu apa yang diinginkan kedua orang tersebut, namun tanpa sempat berpikir lagi, tangan Rahman telah meraih belakang kepalanya dan dibawa mendekati kontol laki-laki tersebut. Tanpa melawan sedikitpun Shanti memasukkan kepala penis Rahman ke dalam mulutnya sehingga kontol tersebut terjepit di antara kedua bibir mungil Shanti, yang dengan terpaksa dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Shanti mulai mengulum alat vital Rahman dalam mulutnya, hingga membuat lelaki itu merem melek keenakan.
Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Shanti yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar. Shanti hampir sesak nafas dibuatnya. Kelihatan ia bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah Shanti menyapu kepalanya. Sementara itu Tuti sibuk menjilati buah peler laki-laki tersebut. Kadang lidahnya menyapu anus suaminya itu.
Beberapa saat kemudian Rahman melepaskan diri, ia mengangkat badan Shanti yang terasa sangat ringan itu dan membaringkan di atas ranjang dengan pantat Shanti terletak di tepi ranjang, kaki kiri Shanti diangkatnya agak melebar ke samping, di pinggir pinggang lelaki tersebut. Kemudian Rahman mulai berusaha memasuki tubuh Shanti. Tangan kanan Rahman menggenggam batang penisnya yang besar itu dan kepala penisnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada klitoris dan bibir kemaluan Shanti, hingga Shanti merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Rahman terus berusaha menekan kontolnya ke dalam kemaluan Shanti yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran penis Rahman yang besar itu.
Pelahan-lahan kepala penis Rahman itu menerobos masuk membelah bibir kemaluan Shanti. Ketika kepala penis lelaki setengah baya itu menempel pada bibir kemaluannya, Shanti merasa kaget ketika menyadari saluran vaginanya ternyata panas dan basah. Kemudian Rahman memainkan kepala penisnya pada bibir kemaluannya yang menimbulkan suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dalam keadaan seperti itu, dengan perlahan Rahman menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Shanti, rambut lebat pada pangkal penis lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Shanti yang makin membuatnya kegelian, sedangkan seluruh batang penisnya amblas ke dalam liang vagina Shanti.
Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Shanti terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuh!, oohh.., aahh”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Shanti mencengkeram dengan kuat pinggang Rahman. Perasaan sensasi luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diri Shanti, hingga badannya mengejang beberapa detik.
Melihat keadaan itu, dengan sigap Tuti langsung menuju ke payudara gadis itu. Dikulumnya payudara Shanti yang sebelah kiri dengan mulutnya, lidahnya sibuk menyentik-yentik putingnya yang telah keras dan runcing itu. Sementara tangannya yang kanan sibuk memilin-milin puting susu yang sebelah kiri. Shanti semakin menggeliat. Kemudian Tuti pun berpindah ke puting sebelahnya. Perasaannya campur aduk, antara pedih dan nikmat.
Rahman cukup mengerti keadaan Shanti, ketika dia selesai memasukkan seluruh batang penisnya, dia memberi kesempatan kemaluan Shanti untuk bisa menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Shanti mulai bisa menguasai dirinya. Beberapa saat kemudian Rahman mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul lelaki setengah baya itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut.
Shanti berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penis lelaki tersebut pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas ranjang. Shanti mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah lelaki itu yang sedang menatapnya, dengan takjub. Shanti berusaha bernafas dan..
“Ooomm.., aahh.., oohh.., sshh”, erangnya sementara pria tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Shanti sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Rahman menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya, sungguh membuatnya melayang-layang dalam sensasi kenikmatan yang belum pernah dia alami. Setiap kali Rahman menarik penisnya keluar, Shanti merasa seakan-akan sebagian dari badannya turut terbawa keluar dari tubuhnya dan pada gilirannya Rahman menekan masuk penisnya ke dalam vaginanya, maka clitoris Shanti terjepit pada batang penis lelaki itu dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penis lelaki tersebut yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Shanti menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Lelaki tersebut terus menyetubuhi Shanti dengan cara itu. Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian vagina Tuti dan menarik-narik klitorisnya, sehingga membuatnya menggeliat-geliat menahan nikmat. Shanti bisa melihat bagaimana batang penis yang hitam besar dari lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluannya yang sempit. Shanti selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalamnya.
Kemaluannya hampir tidak dapat menampung ukuran penis Rahman yang super besar itu. Shanti menghitung-hitung detik-detik yang berlalu, ia berharap lelaki itu segera mencapai klimaksnya, namun harapannya itu tak kunjung terjadi. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuat lelaki itu segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi Rahman terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Lalu tiba-tiba Shanti merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya, rasanya seperti ada kekuatan dahsyat pelan-pelan bangkit di dalamnya, perasaan yang tidak diingininya, tidak dikenalnya, keinginan untuk membuat dirinya meledak dalam kenikmatan. Shanti merasa dirinya seperti mulai tenggelam dalam genangan air, dengan gleiser di dalam vaginanya yang siap untuk membuncah setinggi-tingginya. Saat itu dia tahu dengan pasti, ia akan kehilangan kontrol, ia akan mengalami orgasme yang luar biasa dahsyatnya.
Jari-jarinya dengan keras mencengkeram sprei ranjang, ia menggigit bibirnya, dan kemudian terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Oooh.., ooh.., aahhmm.., sstthh!”.
Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan.., akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Shanti terkulai lemas tak berdaya di atas ranjang dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penis hitam besar Rahman tetap terjepit di dalam liang vaginanya.
Selama proses orgasme yang dialami Shanti ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan oleh Rahman, dimana penisnya yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Shanti dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisnya serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut keseluruhan penisnya, terlebih-lebih pada bagian kepala penisnya setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Shanti, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaan Rahman seakan-akan menggila melihat Shanti yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kemerahan mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnya yang hitam besar itu.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Rahman membalik tubuh Shanti yang telah lemas itu hingga sekarang Shanti setengah berdiri tertelungkup di pinggir ranjang dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arah lelaki tersebut. Kemudian Shanti merasakan Rahman menjilati liang anusnya dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Shanti mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas. Payudara Shanti yang menggantung itu tidak didiamkan. Segera saja Tuti tidur dibawah Shanti kemudian menyusu pada payudara gadis itu. Gadis itu semakin merasakan nikmat yang tak terbayangkan.
Rahman melanjutkan kegiatannya itu dan sekarang dia melihat pantat gadis itu dan bagian anus Shanti sudah basah dengan ludahnya, sementara dengan ibu jarinya yang telah basah dengan ludah, mulai ditekan masuk ke dalam lobang anus Shanti dan diputar-putar di sana. Shanti terus mengeliat-geliat dan mendesah.
“Jaannggaann jaannggaan.. Aaadduuhh.. Aadduuhh.. Saakiitt.. Saakiitt..!” akan tetapi Rahman tidak menanggapinya dan terus melanjutkan kegiatannya.
Selang sesaat setelah merasa cukup membasahinya, Rahman sambil memegang dengan tangan kiri penisnya yang telah tegang itu, menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anus Shanti yang telah basah dan licin itu. Kemudian Rahman membuka belahan pantat Shanti lebar-lebar.
“Aaaduhh, janggaann! Sakkiit! Aaammpuunn, aammppuunn! Aagkkh.., Sakiitt.. Mbaakk..” Rahman mulai mendorong masuk, kemudian ia berhenti dan membiarkan kontol itu terjepit dalam anus Shanti.
“Tahan Shan, nanti kamu akan keenakan” bisik Tuti.
“Memang pertama-tama sakit, tapi nanti akan enak, tahan yaa.. Sayang..!”
“Tahan Shan, nanti kamu akan keenakan” bisik Tuti.
“Memang pertama-tama sakit, tapi nanti akan enak, tahan yaa.. Sayang..!”
Sementara itu Shanti menjerit-jerit dan menggelepar-gelepar kesakitan. Segera saja Tuti beralih ke klitoris gadis itu, lalu diemutnya klitoris gadis itu, sementara tangannya ia gunakan untuk mengocok di vagina Shanti agar rasa sakitnya hilang.
“Aduuh.. Sakkiit.. Oomm..” ketika kontol itu mulai masuk lagi anusnya.
“Tenang sayang nanti juga enggak sakit” jawab Rahman sambil terus melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantat Shanti.
“Aduuhh.. Sakiitt..” jerit Shanti.
“Tenang sayang nanti juga enggak sakit” jawab Rahman sambil terus melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantat Shanti.
“Aduuhh.. Sakiitt..” jerit Shanti.
Bersamaan dengan itu kontol Rahman amblas dalam lobang anusnya yang sempit.
“Tenang Shan, nanti enak deh.. Aku jadi ketagihan sekarang” kata Tuti sambil mengelus rambut kemaluannya dan menggosok klitorisnya.
“Tuuh.. Kan sudah masuk tuh.. Enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini” kata Tuti.
“Tuuh.. Kan sudah masuk tuh.. Enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini” kata Tuti.
Shanti diam saja. Ternyata sakit kalo dimasukan melalui anus, pikirnya. Rahman mulai mengocok kontolnya di pantat Shanti.
“Pelan-pelan, Oomm.. Masih sakit” kata Shanti pada Rahman.
“Iya sayang enaakk.. Niihh.. Seempiitt..” kata Rahman.
“Iya sayang enaakk.. Niihh.. Seempiitt..” kata Rahman.
Tuti yang berada di bawah sibuk menyedot klitorisnya dengan mulutnya dan mengocok liang vaginanya dengan tangannya, sehingga membuat Shanti semakin menggelinjang nikmat. Shanti meronta-ronta, sehingga semakin menambah gairah Rahman untuk terus mengocok di anusnya. Shanti terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis hitam besar Rahman masuk ke anusnya.
“Aaauugghh..! Saakkiit..!” jerit Shanti ketika Rahman mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anus Shanti.
Akhirnya dengan tubuh berkeringat menahan sakit, Shanti terkulai lemas tertelungkup di atas badan Tuti kelelahan. Secara berirama Rahman menekan dan menarik penisnya dari lobang anus Shanti, dimana setiap kali Rahman menekan ke bawah, penisnya semakin terbenam ke dalam lobang anus gadis itu. Benar-benar sangat menyesakkan melihat penis besar hitam itu keluar masuk di anus Shanti. Terlihat kedua kaki Shanti yang terkangkang itu bergetar-getar lemah setiap kali Rahman menekan masuk penisnya ke dalam lobang anusnya. Dalam kesakitan itu, Shanti telah pasrah menerima perlakuan lelaki tersebut.
Tak lama kemudian mereka bertukar posisi, sekarang Rahman duduk melonjor di ranjang dengan penisnya tetap berada dalam lobang anus Shanti, sehingga badan Shanti tertidur terlentang di atas badan Rahman dengan kedua kakinya terpentang lebar ditarik melebar oleh kedua kaki Rahman dari bawah dan Tuti mengambil posisi di atas Shanti untuk menjilati vaginanya.
Tuti mulai mengocok tangannya keluar masuk kemaluan Shanti, yang sekarang semakin basah saja, cairan pelumas yang keluar dari dalam kemaluan Shanti mengalir ke bawah, sehingga membasahi dan melicinkan lobang anusnya, hal ini membuat penis Rahman yang sedang bekerja pada lobang anusnya menjadi licin dan lancar, sehingga dengan perlahan-lahan perasaan sakit yang dirasakan Shanti berangsur-angsur hilang diganti dengan perasaan nikmat yang merambat ke seluruh badannya.
Shanti mulai dapat menikmati penis besar laki-laki tersebut yang sedang menggarap lobang anusnya. Perlahan-lahan perasaan nikmat yang dirasakannya melingkupi segenap kesadarannya, menjalar dengan deras tak terbendung seperti air terjun yang tumpah deras ke dalam danau penampungan, menimbulkan getaran hebat pada seluruh bagian tubuhnya, tak terkendali dan meletup menjadi suatu orgasme yang spektakuler melandanya. Setelah itu badannya terkulai lemas, Shanti terlentang pasrah seakan-akan pingsan dengan kedua matanya terkatup.
Melihat keadaan Shanti itu semakin membangkitkan nafsu Rahman, lelaki tersebut menjadi sangat kasar dan kedua tangan Rahman memegang pinggul Shanti dan lelaki tersebut menarik pinggulnya keras-keras ke belakang dan “Aduuh.. Aaauugghh..!” keluh Shanti merasakan seakan-akan anusnya terbelah dua diterobos penis laki-laki itu yang besar itu. Kedua mata Shanti terbelalak, kakinya menggelepar-gelepar dengan kuatnya diikuti badannya yang meliuk-liuk menahan gempuran penis Rahman pada anusnya.
Dengan buasnya Rahman menggerakkan penisnya keatas bawah dengan cepat dan keras, sehingga penisnya keluar masuk pada anus Shanti yang sempit itu. Rahman merasa penisnya seperti dijepit dan dipijit-pijit sedangkan Shanti merasakan penis lelaki tersebut seakan-akan sampai pada dadanya, mengaduk-aduk di dalamnya, di samping itu suatu perasaan yang sangat aneh mulai terasa menjalar dari bagian bawah tubuhnya bersumber dari anusnya, terus ke seluruh badannya terasa sampai pada ujung-ujung jari-jarinya. Shanti tidak bisa menggambarkan perasaan yang sedang menyelimutinya, akan tetapi badannya kembali serasa mulai melayang-layang dan suatu perasaan nikmat yang tidak dapat dilukiskan terasa menyelimuti seluruh badannya.
Hal yang dapat dilakukannya pada saat itu hanya mengerang-erang, “Aaahh.. Ssshh oouusshh!” sampai suatu saat perasaan nikmatnya itu tidak dapat dikendalikan lagi serasa menjalar dan menguasai seluruh tubuhnya dan tiba-tiba meledak membajiri keluar berupa suatu orgasme yang dasyat yang mengakibatkan seluruh tubuhnya bergetar tak terkendali disertai tangannya yang menggapai-gapai seakan-akan orang yang mau tenggelam mencari pegangan. Kedua kakinya berkelejotan.
Dari mulut Shanti keluar suatu erangan, “Aaaduhh.. Laagii.. Laagii.. Oohh.. Ooohh..” Hal ini berlangsung kurang lebih 20 detik terus menerus.
Sementara itu lelaki itu terus melakukan aktivitasnya, dengan memompa penisnya keluar masuk anus. Tuti yang sedari tadi mengocok kemaluan gadis itu menjadi sangat terangsang melihat ekspresi muka Shanti dan tiba-tiba Tuti merasakan bagian dalam vagina Shanti mulai bergerak-gerak melakukan pijitan-pijitan kuat pada jari-jarinya.
Gerakan kaki Shanti disertai goyangan pinggulnya mendatangkan suatu kenikmatan pada penis lelaki tersebut, terasa seperti diurut-urut dan diputar-putar.
Tiba-tiba Rahman merasakan sesuatu gelombang yang melanda dari di dalam tubuhnya, mencari jalan keluar melalui penisnya yang besar itu, dan terasa suatu ledakan yang tiba-tiba mendorong keluar, sehingga penisnya terasa membengkak seakan-akan mau pecah dan..
“Aaaduuh..!” secara tidak sadar tangannya mencengkram erat badan Shanti dan pinggul Rahman terangkat ke atas, pinggulnya mendorong masuk penis terbenam habis ke dalam lobang anus Shanti, sambil menyemburkan cairan kental panas ke dalam lobang anus gadis itu.
Menerima semburan cairan kental panas pada lobang anusnya, Shanti merasakan suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, hanya reaksi badannya yang bergetar-getar dan ekspresi mukanya yang seakan-akan merasakan suatu kengiluan yang tak terbayangkan, diikuti badannya yang tergolek lemas, tanpa dapat bergerak. Shanti terlena oleh kedahsyatan orgasme yang dialami dan diterimanya dari mereka berdua.
Subscribe to:
Posts (Atom)